Mencapai Kedewasaan Rohani

Tema kita minggu ini adalah “Bagaimana Dipimpin oleh Roh Kudus.” Memahami dan menerapkan kebenaran-kebenaran yang terkandung di dalamnya adalah penting bagi keberhasilan Anda dalam kehidupan iman.

Sebagai pendahuluan, kita akan belajar fakta-fakta dasar khusus tentang pribadi dan pelayanan Roh Kudus. Seseorang pernah berkata bahwa dalam beberapa abad terakhir, Roh Kudus adalah pribadi yang paling diabaikan di dalam gereja. Bahkan hingga saat ini, amat sangat kurangnya pengetahuan dan pemahaman tentang Dia di kalangan umat Kristiani. Kita akan mulai dengan beberapa perkataan Yesus yang terdapat dalam Yohanes 16:12-15. Pada saat itu Dia sedang mengucapkan kata-kata perpisahan kepada murid-murid-Nya dan Dia menjelaskan bahwa Dia akan pergi, tetapi sebagai ganti diri-Nya Yesus akan mengutus Roh Kudus. Dan kemudian Dia mulai menjelaskan kepada mereka apa yang akan dilakukan Roh Kudus, bagaimana Dia akan melayani kepada mereka dan penyediaan yang akan Dia berikan kepada mereka melalui Roh Kudus. Inilah yang Dia katakan:

“Aku masih punya banyak hal untuk dikatakan kepadamu, tetapi kamu tidak dapat menanggungnya sekarang. Namun, ketika Dia, Roh Kebenaran, datang, Dia akan menuntun kamu ke dalam seluruh kebenaran; karena Dia tidak akan berbicara dari diri-Nya sendiri, tetapi apa pun yang Dia dengar, Dia akan mengatakannya; dan Dia akan memberitahukan kamu hal-hal yang akan datang. Dia akan memuliakan Aku, karena Dia akan mengambil apa yang adalah milik-Ku dan menyatakannya kepadamu. Segala sesuatu yang Bapa miliki adalah milik-Ku. Karena itu Aku berkata bahwa Dia akan mengambil apa yang adalah milik-Ku dan menyatakannya kepadamu.”

Saya ingin menunjukkan kepada Anda empat fakta yang sangat penting tentang Roh Kudus yang muncul dari perkataan Yesus tersebut. Pertama-tama, dan yang paling penting dan sering kali paling sedikit dipahami, adalah bahwa Roh Kudus adalah  Pribadi. Yesus melanggar aturan-aturan tata bahasa dalam versi yang kita miliki dalam bahasa Yunani. Ketika menjanjikan Roh Kudus Ia berkata, “Ketika Dia, Roh Kebenaran, datang, Dia akan menuntun kamu ke dalam seluruh kebenaran…” Bahasa Yunani mempunyai tiga jenis gender: maskulin, feminin dan netral. Dan kata ganti yang sesuai untuk masing-masing ditunjukkan oleh gendernya. Untuk maskulin, dia [he]; untuk feminin, dia [she]; untuk netral, itu [it]. Kata “roh” dalam bahasa Yunani, pneuma, adalah netral. Jadi, kata ganti yang benar secara tata bahasa adalah “itu” [it]. Namun hukum-hukum tata bahasa dilanggar dalam ayat-ayat ini untuk menekankan bahwa Roh Kudus bukanlah “itu” [it] melainkan “dia” [He]. Yesus berkata, “Ketika Dia [He], yaitu Roh Kebenaran, datang, Dia akan menuntun kamu ke dalam seluruh kebenaran…”

ὅταν [When] δὲ [however] ἔλθῃ [shall com] ἐκεῖνος [He], τὸ [the] Πνεῦμα [Spirit] τῆς ἀληθείας [of truth], ὁδηγήσει [He will guide] ὑμᾶς [you] ἐν [into] τῇ [the] ἀληθείᾳ [truth] πάσῃ [all]· (John 16:13)

Kata ἐκεῖνος ekeinos, yang merupakan kata ganti untuk Roh Kudus memiliki gender Maskulin Tunggal [He, Dia].

Jadi, hal pertama yang perlu kita pahami tentang Roh Kudus adalah bahwa Ia [He] adalah Pribadi. Tuhan sang Bapa adalah seorang Pribadi, Yesus Kristus sang Putra adalah seorang Pribadi, dan Roh Kudus juga merupakan seorang Pribadi. Dan supaya memiliki hubungan yang berhasil dengan Roh Kudus, kita harus belajar untuk berhubungan dengan Dia sebagai Pribadi.

Kedua, Roh Kudus sekarang ini adalah wakil personal dari Tuhan di bumi. Bapa ada di surga; Yesus, dalam kehadiran pribadi, ada di surga di sebelah kanan Bapa; tetapi Roh ada di bumi. Dan selama masa yang ada saat ini berlanjut, Roh Kudus adalah wakil pribadi Tuhan yang tinggal di bumi. Dan kita perlu memperlakukan Dia seperti itu. Kita perlu memperlakukan Dia dengan sikap hormat yang sama seperti yang kita berikan kepada Bapa dan kepada Putra. Roh Kudus adalah Tuhan.

Ketiga, Roh Kudus adalah satu-satunya pengelola kekayaan Tuhan. Ini sangat penting. Yesus berkata di sana, “Dia [Roh Kudus] akan memuliakan Aku; karena Dia akan mengambil apa yang adalah milik-Ku, dan menyatakannya kepadamu.” Kemudian Dia melanjutkan: “Segala sesuatu yang Bapa miliki adalah milik-Ku. Karena itu Aku berkata, bahwa Dia akan mengambil apa yang adalah milik-Ku, dan menyatakannya kepadamu.” Jadi segala sesuatu yang Bapa miliki, Yesus miliki. Bapa dan Putra berbagi kekayaan total Mereka yang tak terhingga. Tetapi, yang mengungkapkan dan menginterpretasikan apa yang dimiliki Bapa dan Putra adalah Roh Kudus. Tuhan punya suatu gudang yang penuh dengan segala macam hal yang baik yang sungguh-sungguh kita butuhkan untuk waktu ini dan kekekalan, tetapi yang menjaga gudang itu adalah Roh Kudus. Maka, jika Anda ingin menjadi kaya dalam berkat-berkat Tuhan, sebaiknya Anda berteman dengan penjaga gudang itu, karena jika Anda tidak memiliki hubungan yang benar dengan Roh Kudus, Anda bisa secara sah berhak terhadap seluruh harta warisan, tetapi dalam kenyataannya, Anda tidak menikmati apa pun dari padanya.

Jadi ingatlah baik-baik hal ini. Jika Anda ingin akses kepada kekayaan dan berkat-berkat dan penyediaan-penyediaan dari Bapa dan Putra, maka melalui Roh Kuduslah Anda akan menerima itu.

Kemudian fakta keempat adalah bahwa segala sesuatu yang dilakukan Roh Kudus adalah memuliakan Yesus. Yesus berkata, “Dia akan memuliakan Aku.” Hal ini sangat penting, karena satu kali kita berhenti untuk memuliakan Yesus di dalam pelayanan-pelayanan kita, dalam kehidupan kita, dalam perkataan kita, dalam tindakan kita, Roh Kudus akan menarik diri. Dia tidak akan memberi diri-Nya, Dia tidak akan mengimpartasikan kasih karunia-Nya dan hikmat-Nya dan kuasa-Nya kepada apa pun yang tidak memuliakan Yesus.

Saya ingat di gereja lokal yang saya hadiri beberapa waktu lalu, kami mengalami kebaktian yang diberkati dan diurapi secara khusus. Setelah itu saya berkata kepada pemimpin pujian, “Kamu tahu kenapa kebaktian ini diurapi secara khusus dan diberkati secara khusus? Karena segala sesuatu dari awal sampai akhir berfokus kepada Yesus dan memuliakan Yesus, dan itu menyenangkan Roh Kudus.” Dan ketika kita bertindak seperti itu maka Roh Kudus mendukung kita, Dia mengurapi kita, Dia mengalir melalui kita, tetapi saat kita berhenti untuk memuliakan Yesus, Roh Kudus berduka dan Dia menarik diri dan menunggu sampai kita kembali ke tugas utama kita: memuliakan Yesus.

Anda tahu, ada dua peran penting yang dijalankan Roh Kudus dalam kehidupan kita sebagai anak-anak Tuhan. Yang pertama adalah melalui Dia kita menjadi anak-anak Tuhan. Melalui Roh Kudus kita dilahirkan kembali, dilahirkan dari atas dan menjadi anggota-anggota keluarga Tuhan. Yesus membicarakan hal ini dalam Yohanes 3:5-8:

“Yesus menjawab, Sesungguh-sungguhnya, Aku berkata kepadamu, kecuali seseorang dilahirkan dari air dan Roh, dia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Tuhan. Apa yang dilahirkan dari daging adalah daging; dan apa yang dilahirkan dari Roh adalah roh. Jangan heran bahwa Aku berkata kepadamu, Kamu harus dilahirkan kembali. Angin bertiup ke mana pun ia mau, dan kamu mendengar suaranya, tetapi tidak mengetahui dari mana ia datang dan ke mana ia pergi. Demikian pula setiap orang yang dilahirkan dari Roh.”

Perhatikan ungkapan “dilahirkan dari Roh.” Melalui pengalaman itulah Anda menjadi anak Tuhan. Tidak ada jalan lain untuk menjadi anak Tuhan. Roh Kudus masuk melalui iman Anda di dalam Yesus dan di dalam firman Tuhan, dan Dia mengimpartasikan kepada Anda suatu kehidupan yang benar-benar baru, suatu kehidupan spiritual, suatu kehidupan yang adalah kehidupan Tuhan yang diproyeksikan melalui Roh Kudus ke dalam diri Anda. Yesus berkata ada dua macam kelahiran. Apa yang lahir dari daging adalah daging, dan tidak akan pernah bisa menjadi yang lain. Dan di dalam daging kita dilahirkan sebagai anak-anak Adam, tetapi bukan sebagai anak-anak Tuhan. Tetapi, melalui kelahiran baru, oleh Roh Kudus, kita menjadi anak-anak Tuhan, kita menjadi anggota-anggota keluarga Tuhan. Tetapi kita hanyalah anak-anak, kita hanyalah bayi-bayi.

Bukanlah tujuan Tuhan bagi kita untuk tetap menjadi anak-anak selamanya. Tuhan punya rencana bagi kita supaya bertumbuh menjadi anak-anak yang dewasa. Tetapi di sinilah kita kembali bergantung pada Roh Kudus. Tanpa Roh Kudus kita tidak bisa bertumbuh, kita tidak bisa menjadi dewasa. Paulus berkata dalam Roma 8:14:

“Karena semua orang yang [secara tetap] dipimpin Roh Tuhan, mereka ini adalah anak-anak Tuhan.”

Kata “anak-anak” di sini tidak sama dengan kata “anak-anak” di ayat lain. Kata “anak-anak” di sini menggunakan kata asli Yunani υἱός huios, yang artinya anak yang dewasa, yang bertanggung jawab, yang punya kendali atas hidupnya, yang tahu bagaimana bertindak, yang punya otoritas. Bagaimana kita bisa mencapai titik kedewasaan itu? Paulus berkata, “Semua orang yang dipimpin Roh Tuhan, mereka adalah anak-anak Tuhan.” Ini adalah pelayanan besar kedua dari Roh Kudus dalam hidup kita sebagai anggota-anggota keluarga Tuhan, yaitu untuk mendewasakan kita. Tetapi hal ini hanya terjadi melalui satu proses, yaitu dipimpin oleh Roh Tuhan. Tidak ada jalan lain untuk menuju kedewasaan. Dan ini adalah kata kerja “present tense” yang berkelanjutan, sebagaimana ditunjukkan oleh teks aslinya. Kita harus terus-menerus dipimpin setiap hari, setiap jam, dalam setiap situasi oleh Roh Tuhan. Itu adalah satu-satunya jalan supaya kita dapat hidup sebagai anak-anak Tuhan yang dewasa.

Tragedi yang sedang terjadi di gereja saat ini adalah tak terhitung banyaknya orang yang telah dilahirkan kembali oleh Roh Tuhan tidak pernah belajar untuk dipimpin oleh Roh Tuhan. Akibatnya, mereka tidak pernah mencapai kedewasaan, mereka senantiasa selalu, dalam arti tertentu, terbelakang secara rohani. Bukan karena penyediaan itu tidak ada, tetapi karena mereka belum mengerti bagaimana memanfaatkan penyediaan itu bagi diri mereka. Penyediaan itu adalah dengan dipimpin oleh Roh Kudus. Saya ingin Anda memahami bahwa ini adalah satu-satunya jalan supaya Anda dapat mencapai kedewasaan rohani sebagai anak Tuhan yang sejati, dengan secara teratur dan terus-menerus dipimpin oleh Roh Kudus.

Roh Kudus Adalah Pribadi

Dalam pelajaran kita sebelumnya, kita sudah membahas dua peran penting Roh Kudus dalam hubungannya dengan tempat kita sebagai anak-anak atau anggota-anggota keluarga Tuhan. Pertama-tama, Roh Kuduslah yang menjadikan kita anak-anak Tuhan melalui kelahiran kembali. Yesus berkata, “Kecuali seseorang dilahirkan kembali dari Roh Kudus, dia tidak dapat melihat atau masuk ke dalam Kerajaan Tuhan.” Dia berkata, “Apa yang lahir dari daging adalah daging; apa yang lahir dari Roh adalah roh.” Melalui kelahiran alami kita, kita menjadi anak-anak dari orang tua jasmani kita, keturunan Adam. Tetapi hal itu tidak menjadikan kita anak-anak Tuhan. Untuk menjadi anak-anak Tuhan kita harus mengalami kelahiran kembali secara spiritual yang datang melalui karya Roh Kudus, yang berdasarkan iman kita di dalam Yesus dan firman Tuhan, mengimpartasikan kepada kita suatu kehidupan Ilahi yang benar-benar baru dari atas, kehidupan Tuhan itu sendiri. Dan kehidupan ini masuk ke dalam diri kita, menyebabkan kita dilahirkan sebagai anak-anak Tuhan. Itu adalah peran besar pertama dari Roh Kudus. Tetapi itu hanya menjadikan kita anak-anak, bayi-bayi kecil. Bukanlah tujuan Tuhan bagi kita untuk tetap menjadi anak-anak atau bayi-bayi. Tuhan ingin menjadikan kita anak-anak yang dewasa.

Tetapi hal ini membutuhkan pelayanan besar kedua dari Roh Kudus yang dinyatakan oleh Paulus dalam Roma 8:14:

“Karena semua orang yang secara tetap dipimpin Roh Tuhan, mereka ini adalah anak-anak [anak-anak dewasa] Tuhan.”

Jadi, untuk menjadi dewasa, untuk bertumbuh menjadi dewasa dari kanak-kanak, kita harus dipimpin secara tetap oleh Roh Kudus. Dan ini adalah kata kerja “present tense” yang berkelanjutan, sebagaimana ditunjukkan oleh teks aslinya. Jika tidak, kita tetap saja mengalami keterbelakangan spiritual. Kita anak-anak Tuhan, kita dilahirkan kembali, tetapi kita tidak pernah benar-benar masuk ke dalam hak-hak istimewa kita sepenuhnya, kita tidak akan pernah menjadi dewasa.

Sekarang, dalam pelajaran ini, kita akan membahas lebih lengkap fakta yang sudah disinggung dalam pelajaran sebelumnya, namun memerlukan lebih banyak penekanan. Roh Kudus adalah Pribadi. Perhatikan baik-baik sekali lagi. Sampai Anda belajar untuk berhubungan dengan Roh Kudus sebagai Pribadi, bukan sebagai suatu pengaruh impersonal, bukan sebagai istilah teologis, tetapi sebagai Pribadi—pribadi yang nyata seperti Elohim Bapa dan Elohim Putra, sebagai pribadi yang nyata seperti suami atau istri Anda, ayah Anda atau ibu Anda, putra Anda atau putri Anda—sampai Anda belajar berhubungan dengan Roh Kudus dengan jalan seperti itu, Anda tidak akan berhasil untuk benar-benar dipimpin oleh Roh Kudus. Kita akan melihat beberapa kata-kata Yesus dalam Yohanes 14 di mana Dia menjelaskan peranan yang Roh Kudus akan jalankan di dalam kehidupan murid-murid ketika Dia [Roh Kudus] datang. Yohanes 14:16-17, Yesus berkata:

“Dan Aku akan meminta kepada Bapa, dan Dia akan memberikan kamu Penolong yang lain…”

Dalam Alkitab terjemahan lain, kata tersebut adalah “Penghibur.” Beberapa terjemahan menggunakan kata “Konselor” [Penasihat]. Terjemahan Katolik menggunakan kata “paraclete” yang merupakan transliterasi dari kata Yunani παράκλητος parakletos, yang berarti “seseorang yang dipanggil mendampingi untuk menolong kita.” Tetapi, apakah Anda mengatakan Penghibur atau Penolong atau Penasihat atau Paraclete, inilah yang Yesus katakan tentang Dia:

“…supaya Dia dapat tinggal bersama kamu selama-lamanya; [dan kemudian Dia berkata] yaitu Roh Kebenaran [Roh Kudus]…”

Jadi, Roh Kudus harus menjadi penghibur, penasihat, penolong, paraklete. Dan Yesus berkata, “supaya Dia tinggal bersama kamu selama-lamanya.” Sebenarnya yang Yesus katakan adalah, “Aku baru bersama kamu selama tiga setengah tahun. Sekarang, dalam kehadiran pribadi-Ku, Aku akan meninggalkan kamu, Aku akan kembali kepada Bapa. Tetapi, sebagai pengganti-Ku, seorang Pribadi yang lain akan datang.” Kata “yang lain” itu sangat penting. Yesus berkata, “Kamu tahu bahwa Aku adalah Pribadi. Kamu tahu betapa nyatanya Aku terhadap kamu sebagai seorang Pribadi. Sebagai seorang Pribadi, Aku akan pergi, tetapi begitu Aku pergi, maka seorang Pribadi lain akan datang menggantikan Aku.” Anda lihat bagaimana Yesus menekankan kepribadian Roh Kudus dalam segala sesuatu yang Dia katakan. Jadi satu Pribadi pergi ketika Yesus naik ke surga. Sepuluh hari kemudian pada hari Pentakosta, Pribadi lain turun dari surga. Tetapi fakta yang Yesus tekankan di sini adalah bahwa Pribadi lain ini, Roh Kudus, akan ada bersama kita selama-lamanya.

Dan kemudian dalam Yohanes 16:7 Yesus melanjutkan tema yang sama dan Dia berkata:

“Namun demikian Aku mengatakan kepadamu kebenaran, adalah untuk keuntungan bagimu jika Aku pergi: karena jika Aku tidak pergi, Penolong itu tidak akan datang kepadamu; tetapi jika Aku pergi, Aku akan mengirim Dia kepadamu.”

Itu adalah pernyataan yang luar biasa bagi kebanyakan orang Kristen. Anda sering mendengar orang Kristen berkata seperti ini, “Betapa akan luar biasanya berada di bumi dalam hari-hari ketika Yesus secara pribadi hadir bersama dengan murid-murid-Nya. Berapa banyak lagi yang bisa kita pelajari dan pahami.” Saya setuju itu akan luar biasa, saya tidak akan menyangkalnya. Tetapi Yesus mengatakan meskipun betapa pun luar biasanya hal itu, jauh lebih luar biasa lagi sekarang karena Dia ada di surga dan Roh Kudus ada di bumi. Dia berkata itu demi keuntunganmu, demi kepentingan terbaikmu. “Jika Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang. Tetapi jika Aku pergi, maka Bapa dan Aku bersama-sama akan mengirim Penghibur menggantikan Aku dan kamu akan jauh lebih baik.” Dan sejarah Kisah Para Rasul membuktikan hal itu. Saat Roh Kudus turun, murid-murid mempunyai konsep yang benar-benar baru tentang pekerjaan Yesus, tentang otoritas-Nya, tentang kedudukan mereka di dalam Tuhan, tentang pesan yang harus mereka beritakan, tentang nabi-nabi Perjanjian Lama. Petrus segera berdiri dan mulai mengutip nabi Yoel. Saya yakin beberapa jam sebelumnya, dia bahkan tidak akan bisa mengatakan apa pun tentang nabi Yoel. Terang dan pengertian yang tiba-tiba, keberanian, dan otoritas langsung turun ke atas mereka saat Roh Kudus datang. Dan, seperti yang telah kita pelajari, dan perlu terus kita camkan baik-baik, Yesus selalu menggunakan kata ganti maskulin “dia” [he] untuk Roh Kudus, bukan “itu” [it].

Melampaui aturan-aturan tata bahasa, karena secara gramatikal kata untuk Roh [Πνεῦμα Pneuma] adalah netral, maka kata ganti yang seharusnya digunakan adalah “itu” [it]. Namun dalam seluruh pasal dalam Injil Yohanes, kata ganti yang digunakan selalu adalah “dia” [he]. Dia adalah Pribadi.

Perhatikan, kita perlu paham beberapa hal yang Roh Kudus adalah bukan. Dia bukanlah suatu pengaruh impersonal. Dia bukanlah suatu teori teologis. Dia bukan sebuah sistem. Dia bukan seperangkat aturan. Dia bukan suatu hierarki gerejawi. Dia bukanlah sepenggal kalimat terakhir dalam Pengakuan Iman Rasuli. Dia adalah Pribadi. Dalam sejarah, selama sembilan belas abad gereja berusaha menemukan sebuah sistem yang begitu aman sehingga kita tidak perlu bergantung pada Roh Kudus. Tetapi sistem seperti itu tidak ada. Tidak ada sistem, tidak ada teologi, tidak ada teori, tidak ada hierarki, tidak ada pelayanan manusia yang dapat menggantikan Roh Kudus. Dia sangat dibutuhkan. Oleh karena itu, kita harus membina hubungan pribadi dengan Roh Kudus.

Apa syarat utama untuk hubungan seperti itu? Hal yang sama dengan persyaratan utama untuk semua hubungan yang sukses, apakah itu antara orang tua dengan anak, suami dengan istri, atau teman-teman. Dan kata kunci yang kita perlu fokuskan adalah “sensitivitas,” kepekaan. Itu adalah hal paling penting yang perlu kita fokuskan dalam membina hubungan dengan Roh Kudus.

Di dalam sebuah hubungan, ada “waktu-waktu” di mana kita tidak sensitif, dan sikap, perkataan, perbuatan kita melukai “perasaan” dari pribadi dengan siapa kita berhubungan. Hal yang sama dapat terjadi antara kita dengan Roh Kudus.

Satu fakta lagi yang sekali lagi sangat penting. Roh Kudus adalah Tuhan. Dalam 2 Korintus 3:17, Paulus berkata:

“Dan Tuhan adalah Roh: dan di mana Roh Tuhan, ada kemerdekaan.”

Terjemahan Indonesia agak kurang detail, jadi kita lihat terjemahan Inggrisnya:

“Now the Lord is the Spirit; and where the Spirit of the Lord is, there is liberty.” (2Cor 3:17)

Perhatikan frase kata “the Lord is the Spirit.”

Dalam Perjanjian Baru, frasa “the Lord” berhubungan dengan nama kudus Tuhan yang biasa kita sebut Yehovah, YHVH atau Yahweh dalam Perjanjian Lama. Dan itu selalu merupakan nama Tuhan yang benar. Jadi ketika Paulus berkata: Ὁ δὲ Κύριος τὸ Πνεῦμά ἐστιν [“Now the Lord is the Spirit.”] “Dan Tuhan, Dia Roh,” yang dia maksud adalah, “Roh adalah Elohim.” Dia sama dengan Elohim Bapa dan Elohim Anak. Dia sama seperti Tuhan. Jika Anda percaya dalam Ketuhanan Bapa dan Ketuhanan Anak, Anda harus mengakui Ketuhanan Roh Kudus. Kemudian dia berkata, “di mana Roh Tuhan berada, di situ ada kebebasan [atau kemerdekaan] yang sejati.” Itu adalah kunci kepada kemerdekaan spiritual yang sejati. Itu bukan seperangkat aturan, itu bukan semacam prosedur, itu bukan tepuk tangan atau menari-nari atau berteriak-teriak atau menyanyi-nyanyi atau jatuh ke lantai atau apa pun. Itu adalah melakukan apa yang Roh Kudus arahkan untuk dilakukan pada kapan saja. Jika Anda terjebak dalam suatu kebiasaan, jika Anda memandang kemerdekaan hanya sebagai satu jenis ekspresi, Anda tidak berada dalam kemerdekaan, Anda berada dalam perbudakan. Anda hanya ada di dalam kemerdekaan jika Anda mengizinkan Roh Kudus menjadi Tuhan atas setiap saat, dalam setiap situasi. Kebaktian-kebaktian yang berhasil adalah kebaktian-kebaktian dimana Roh Kudus diizinkan menjadi Tuhan dari awal sampai akhir. Yesus adalah Tuhan atas Gereja, Roh Kudus adalah Tuhan di dalam Gereja. Ketuhanan Yesus atas Gereja tidak lebih efektif ketimbang Ketuhanan Roh Kudus di dalam Gereja. Hanya sejauh kita mengizinkan Roh Kudus menjadi Tuhan, barulah kita benar-benar mengizinkan Yesus menjadi Tuhan. Hal ini berlaku bagi gereja dan juga berlaku bagi kehidupan pribadi kita.

Anda perlu mengalami perjumpaan supernatural secara pribadi dengan Roh Kudus yang dapat mengubah sisa hidup Anda.

Anak Domba Dan Merpati

Dalam pembahasan kemarin, “Bagaimana Dipimpin oleh Roh Kudus,” kita telah mempelajari dua fakta yang sangat penting tentang Roh Kudus. Pertama-tama, Roh Kudus adalah Pribadi. Ini adalah fakta yang perlu terus-menerus ditekankan, karena banyak orang Kristen yang tidak memahami fakta ini. Elohim Bapa adalah seorang Pribadi, Yesus Kristus sang Putra adalah seorang Pribadi, dan Roh Kudus juga merupakan seorang Pribadi seperti halnya Bapa dan Anak. Dan Dia [Roh Kudus] menghendaki kita memiliki hubungan pribadi dengan-Nya.

Kemarin sudah disinggung bahwa dalam setiap jenis hubungan pribadi, jika ingin berhasil, ada satu syarat utama, yaitu sensitivitas [kepekaan] timbal balik. Roh Kudus, percayalah, Dia sangat peka terhadap kita. Tetapi hubungan ini tidak akan berhasil kecuali kita belajar untuk peka terhadap Roh Kudus. Dan biasanya, Roh Kudus tidak bertindak seperti seorang sersan pelatih tentara. Dia tidak meneriakkan perintah-perintah kepada kita. Dia sangat lembut. Dalam satu hal, Dia adalah Pribadi yang hampir-hampir “pemalu” dalam Dia mendekati kita. Kita membaca di satu bagian di Perjanjian Lama tentang nabi Elia—angin, gempa bumi, dan api melintas di hadapannya, tetapi kitab suci mengatakan bahwa Tuhan tidak berada di dalam angin, ataupun di dalam gempa bumi, ataupun di dalam api. Dalam semua demonstrasi-demonstrasi besar kuasa yang kelihatan itu, kehadiran Tuhan tidak ditemukan. Dan kemudian dikatakan datanglah “suara kecil yang tenang” [TB: “bunyi angin sepoi-sepoi basa”]. Bahasa Ibraninya קֹול דְּמָמָה דַקָּֽה [qol demamah daqqah], arti literalnya “suara tenang yang tipis”. Tipis di sini sama seperti serpihan tipis “manna” yang turun dari surga. Salah satu terjemahan modern mengatakan semacam “suara bisikan kecil”. Dan Tuhan ada dalam bisikan itu. Dan itu seperti Roh Kudus. Jadi, jika Anda ingin mendengar bisikan-Nya, jika Anda mau merasakan sentuhan-Nya—Dia tidak akan mendorong Anda, Dia hanya akan menyentuh Anda dengan lembut atau menepuk lembut lengan Anda, mengarahkan perhatian Anda kepada sesuatu. Kunci untuk keberhasilan adalah kepekaan.

Kemudian hal kedua yang sudah kita pelajari kemarin adalah, Roh Kudus adalah Tuhan [κύριος kurios]. Dia adalah Elohim [θεός theos]. Dia adalah Tuhan sama seperti Bapa dan Anak, dan oleh karena itu kita wajib tunduk sepenuhnya kepada-Nya [Roh Kudus]. Sama seperti kita tunduk sepenuhnya kepada Bapa dan Anak, kita juga tunduk kepada Roh Kudus. Bahkan, ketundukan kita kepada Bapa dan Anak, pada kenyataannya, tidak lebih dari ketundukan kita kepada Roh. Kita dapat berkata bahwa kita tunduk kepada Elohim Bapa dan Elohim Anak, kita dapat menyebut Yesus Kristus adalah “Tuhan,” tetapi sesungguhnya Dia [Yesus] tidak lebih Tuhan dalam hidup kita daripada pengakuan kita akan Ketuhanan Roh Kudus atas diri kita.

Hari ini kita akan melihat kepada bagian pembuka dari pelayanan Yesus, dan melihat betapa kuatnya Injil menekankan hubungan-Nya dengan Roh Kudus. Kita akan membuka Yohanes 1, membaca ayat 29 dan beberapa ayat berikutnya. Ayat 29 menggambarkan perkenalan yang diberikan Yohanes Pembaptis kepada Yesus. Ia mengatakan:

“Keesokan harinya [Yohanes] melihat Yesus datang kepadanya, dan berkata, ‘Lihatlah, Anak Domba Elohim yang menghapus dosa dunia.’”

Betapa kata-kata yang sangat indah! Jadi, di sana Yohanes memperkenalkan Yesus sebagai “Anak Domba Elohim.” Kita akan membahas itu nanti. Kemudian, sedikit lebih jauh lagi di ayat 32-34 Yohanes berbicara lagi, dan dikatakan:

“Dan Yohanes memberikan kesaksian dengan berkata, ‘Aku telah melihat Roh [huruf kapital, Roh Kudus] turun seperti seekor merpati dari surga: dan Dia [Dia adalah Roh] tinggal di atas-Nya [Yesus]. [Perhatikan kedua Pribadi itu: ‘Dia’ tinggal di atas-’Nya.’] Aku [Yohanes] tidak mengenali Dia [Yesus], tetapi [Dia] yang mengutus aku untuk membaptis dalam air berkata kepadaku, [Dia] yang ke atas-Nya kamu melihat Roh itu turun dan tinggal di atas-Nya, inilah Dia yang membaptis dengan Roh Kudus. Dan aku telah melihat dan memberikan kesaksian, bahwa Dia adalah Anak Elohim.’”

Jika Anda melihat ayat-ayat tersebut, Anda akan menemukan tiga lapis perkenalan tentang: Yesus sebagai Anak Domba Elohim, Dia yang membaptis dengan Roh Kudus, dan Anak Elohim. Hanya dalam Injil Yohanes kita mendapatkan perkenalan Yesus sebagai Anak Domba Elohim. Ini amat sangat penting. Ini adalah fakta yang luar biasa. Tetapi yang sangat penting adalah bahwa dari seluruh keempat Injil, Yohanes adalah yang tercatat memperkenalkan Yesus sebagai Pribadi yang membaptis dengan Roh Kudus. Tetapi selama berabad-abad gereja hanya berbicara sedikit sekali tentang Yesus sebagai Pembaptis dalam Roh Kudus. Ada sangat sedikit hal-hal selain kematian dan kebangkitan Yesus secara nyata yang dicatat dalam seluruh keempat Injil, tetapi ini adalah salah satunya—bahwa Yesus adalah Pembaptis dalam Roh Kudus.

Bagaimana Yohanes mengidentifikasi Dia? Dia berkata, “Aku diberitahu bahwa ketika aku melihat Roh turun seperti burung merpati dan tinggal di atas-Nya, itulah Dia yang akan membaptis dalam Roh Kudus.”

Jadi di situ kita mendapatkan dua gambar dari hewan ciptaan. Kita melihat Yesus diwakili sebagai Anak Domba, dan Roh Kudus diwakili sebagai burung merpati. Apa yang kita pelajari dari hubungan di antara Mereka? Apa saja sifat-sifat yang ditunjukkan oleh seekor anak domba kepada kita, dalam terang Kitab Suci? Saya berpendapat ada tiga hal: kemurnian, kelembutan hati, dan pengorbanan—yakni, kehidupan yang diserahkan.

Sekarang, saya ingin menunjukkan kepada Anda bahwa inilah yang menarik perhatian burung merpati, yaitu Roh Kudus. Dia mencari sifat anak domba. Di situlah Dia akan menetap dan di situlah Dia akan tinggal. Dia tidak berkenan terhadap kesombongan, mementingkan diri sendiri, besar mulut, dan sifat agresif. Dia mencari kemurnian, kelembutan hati, dan kehidupan yang diserahkan. Fakta kunci dari semua ini bukan hanya bahwa merpati itu turun ke atas Yesus, tetapi bahwa merpati itu tinggal di atas Yesus. Dalam seluruh pelayanan-Nya, Yesus tidak pernah berkata atau melakukan satu hal pun yang membuat merpati itu pergi ketakutan. Di dunia nyata, merpati adalah burung yang agak pemalu. Dia mudah takut. Dan itu benar, dalam arti tertentu, secara spiritual. Merpati, Roh Kudus, Dia pemalu. Jika kita berkata dan melakukan hal-hal yang tidak Dia lakukan—yang tidak dapat Dia terima, Dia akan pergi. Dia akan mengepakkan sayap dan terbang. Hal yang menakjubkan tentang Yesus adalah Dia tidak pernah menakuti merpati itu.

Hubungan dengan Roh Kudus inilah yang menjadi kunci seluruh pelayanan Yesus. Ketika Dia berbicara di kota-Nya sendiri, di Nazaret, di sinagoga, inilah yang Dia katakan: (Lukas 4:17-21)

“Dan diberikanlah kepada-Nya gulungan kitab Nabi Yesaya. Dan setelah membuka gulungannya, Dia menemukan tempat di mana ada tertulis: ‘Roh Tuhan ada atas-Ku, karena Dia telah mengurapi Aku untuk memberitakan Injil kepada orang-orang miskin. Dia telah mengirim Aku untuk menyembuhkan yang remuk hati, untuk memberitakan kelepasan kepada para tawanan dan pemulihan penglihatan bagi orang buta, untuk mengirimkan kelepasan kepada orang-orang yang hancur, untuk memproklamasikan tahun perkenanan Tuhan.’ Dan Dia menggulung gulungan kitab itu, mengembalikannya kepada petugas dan duduk. Dan mata semua orang di dalam sinagoga itu menatap Dia, dan Dia mulai berkata kepada mereka, ‘Hari ini ayat Kitab Suci ini digenapi di telingamu.’”

Apa ayat Kitab Sucinya? Roh Tuhan ada atas-Ku… Dia telah mengurapi Aku…” Untuk melakukan apa? Memberitakan kabar baik [Injil], memberitakan kelepasan bagi para tawanan, memulihkan penglihatan bagi orang buta, dan membebaskan orang-orang yang hancur. Seluruh pelayanan Yesus, baik khotbah-Nya dan pelayanan-Nya kepada orang-orang yang tertindas, kepada orang-orang sakit, kepada orang-orang yang dikuasai setan, didasarkan pada satu hal saja, yaitu pengurapan Roh Kudus ke atas diri-Nya. Merupakan fakta yang sangat penting bahwa Perjanjian Baru tidak mencatat satu khotbah pun yang Yesus khotbahkan, atau satu mujizat pun yang Dia lakukan sampai Roh Kudus turun ke atas-Nya. Dia sepenuhnya bergantung pada Roh Kudus. Yesus adalah pola kita. Dia telah mengosongkan diri-Nya sendiri dari keagungan dan kuasa ilahi-Nya, Dia membuat diri-Nya sendiri sama seperti kita, Dia mengambil atas diri-Nya sendiri wujud seorang hamba, keserupaan seorang manusia. Tetapi ketika Roh Kudus turun ke atas-Nya, maka kuasa dan tujuan-tujuan Tuhan dilepaskan melalui Dia oleh Roh Kudus, dan hal yang sama juga seharusnya terjadi dengan kita.

Dan kemudian, pada satu bagian lain, ketika Petrus pergi ke rumah Kornelius dan memberitakan Injil untuk pertama kalinya kepada rumah non-Yahudi [Goyim], dia memperkenalkan mereka kepada Yesus dari Nazaret dan inilah yang dia katakan dalam Kisah Para Rasul 10:38:

“bagaimana Tuhan mengurapi Yesus dari Nazaret dengan Roh Kudus dan dengan kuasa, dan Dia pergi ke mana-mana untuk berbuat baik, dan menyembuhkan semua orang yang dikuasai iblis: karena Tuhan ada bersama Dia.”

Anda lihat, Petrus sekali lagi menyatakan hal yang sama: seluruh pelayanan Yesus, pelayanan publik-Nya, berasal dari pengurapan Roh Kudus. Sampai Roh Kudus turun ke atas-Nya, Dia tidak berkhotbah atau pun melakukan mujizat-mujizat. Begitu Roh Kudus turun ke atas-Nya, Dia dilepaskan untuk melayani kepada kebutuhan-kebutuhan umat manusia. Bahwa dalam pelayanan penyembuhan ini, Elohim Bapa, Yesus sang Putra, dan Roh Kudus semuanya bersatu. Bapa mengurapi Anak dengan Roh. Dan, sebagai anak-anak Elohim, Tuhan menghendaki agar Dia dapat mengurapi kita dengan Roh yang sama, yang dengan-Nya Dia mengurapi Yesus.

Yang terakhir, mari kita renungkan secara singkat, untuk sejenak, hal-hal yang menarik atau menghalau burung merpati, dan hal-hal tersebut disebutkan, beberapa di antaranya, dalam Efesus 4:29-32:

“Segala perkataan busuk janganlah keluar dari mulutmu, tetapi apa yang baik yang perlu untuk membangun, supaya dapat memberikan kasih karunia kepada yang mendengarnya. Dan janganlah mendukakan Roh Kudus Tuhan, yang oleh-Nya kamu telah dimeteraikan untuk hari penebusan. Segala kepahitan, dan murka, dan amarah, dan keributan, dan hujatan, hendaklah dibuang dari antara kamu, bersama segala kebencian. Dan hendaklah kamu baik hati seorang terhadap yang lain, lembut hati, saling mengampuni, sama seperti Tuhan di dalam Kristus juga telah mengampuni kamu.”

Apa saja hal-hal yang mendukakan Roh Kudus? Kata-kata busuk, kepahitan, murka, amarah, keributan, hujatan, dan kebencian. Semua hal ini bertentangan dengan sifat anak domba. Apa saja hal-hal yang menarik perhatian Roh Kudus? Kebaikan, kelembutan hati, saling mengampuni. Anda lihat, ketika Dia tidak menemukan sifat anak domba, Dia tidak dapat tinggal. Kunci untuk memiliki kehadiran Roh Kudus yang tinggal bersama kita adalah dengan menumbuhkan sifat anak domba.

Kuasa, Kasih, dan Pikiran Yang Sehat

Kita melanjutkan bahasan tema, “Bagaimana Dipimpin oleh Roh Kudus.”

Dalam pembahasan kemarin tentang hubungan antara Yesus dan Roh Kudus, yang dibangun tepat pada permulaan pelayanan-Nya, kita telah mempelajari dua hal. Yesus dilambangkan dengan seekor anak domba, Roh dilambangkan dengan seekor merpati. Dan burung merpati itu menetap dan tinggal di atas anak domba itu. Dengan kata lain, sifat anak dombalah yang menarik perhatian merpati, yaitu Roh Kudus. Dan ada tiga aspek utama pada sifat Anak Domba seperti yang digambarkan dalam Kitab Suci: kemurnian, kelembutan hati, dan pengorbanan penyerahan nyawa. Jika Anda menginginkan hubungan yang permanen dan berkelanjutan dengan Roh Kudus, itu adalah tiga hal yang perlu Anda kembangkan. Kemurnian, kelembutan hati dan kehidupan yang diserahkan dalam pelayanan bagi Tuhan dan bagi umat-Nya. Itulah yang menarik merpati itu dan itulah yang membuatkan merpati itu tetap tinggal di atas Anda. Tetapi kata-kata busuk dan amarah dan iri hati dan perselisihan dan perdebatan dan penonjolan diri sendiri—hal-hal itu membuat takut merpati yang pemalu itu untuk pergi. Dan kadang-kadang butuh waktu lama untuk membujuk-Nya kembali ketika kita menuruti ekspresi-ekspresi kedagingan semacam itu.

Hari ini saya akan membagikan kepada Anda tiga hasil penting yang hanya dapat dihasilkan oleh Roh Kudus di dalam kita. Pertama, saya ingin menekankan bahwa tidak ada agen lain, kuasa lain, tidak ada pribadi lain yang dapat melakukan bagi kita apa yang hanya dapat dilakukan Roh Kudus. Dia benar-benar unik. Jika kita tidak menerimanya dari Dia, tidak ada siapa pun yang lain yang dari padanya kita dapat menerima apa yang kita butuhkan.

Kita kembali sejenak ke Perjanjian Lama kepada nabi Zakharia 4:6 dan mengutip beberapa perkataan dari nabi tersebut.

“Inilah firman YHVH kepada Zerubabel [orang yang memimpin orang-orang Yahudi kembali dari pembuangan mereka di Babel]—Inilah firman YHVH kepada Zerubabel, yang berkata, “Bukan dengan keperkasaan dan bukan dengan kekuasaan, melainkan dengan Roh-Ku,” firman YHVH Tzevaot.”

Itulah Tuhan Semesta Alam.

Jadi, Tuhan mengesampingkan keperkasaan dan kekuasaan. Keperkasaan dapat Anda pahami sebagai apa yang Anda miliki secara alami seperti bakat, kemampuan, kekuatan. Dan kekuasaan dapat Anda pahami sebagai apa yang dapat Anda peroleh seperti pendidikan, dan keuangan, dan jabatan, dan pengaruh sosial, dan hal-hal lain yang semacam. Tetapi Tuhan berkata, “Baik keperkasaan atau pun kekuasaan, tidak satu pun dari hal-hal itu bisa melakukan apa yang Aku ingin lakukan.” Hanya ada satu agen di alam semesta yang dapat melakukannya, dan Dia adalah Roh Kudus.

Sangatlah penting untuk dipahami bahwa Tuhan semesta alam sendirilah yang mengucapkan kata-kata itu—Tuhan segenap pasukan-pasukan, Dia yang memiliki seluruh keperkasaan dan seluruh kekuasaan di alam semesta dalam perintah-Nya. Tetapi itu tidak akan mengerjakan apa yang Dia ingin jadikan. Jadi, itulah sebabnya Tuhan Semesta Alam menahan diri untuk tidak menggunakan keperkasaan dan kekuasaan-Nya. Kadang-kadang kita ingin melihat Tuhan benar-benar lepas dan bertindak terhadap orang-orang jahat dan menghempaskan mereka ke dalam kekekalan dan seterusnya, tetapi Tuhan menahan diri-Nya sendiri karena kuasa semacam itu tidak bisa mencapai hasil-hasilnya di dalam Anda dan saya sebagai anak-anak Tuhan, yang adalah prioritas nomor satu bagi Tuhan. Tuhan dapat berurusan dengan orang-orang jahat pada waktunya, tetapi saat ini prioritas-Nya adalah berurusan dengan anak-anak-Nya, umat-Nya, dan menghasilkan di dalam diri mereka hasil-hasil yang hanya dapat dihasilkan oleh Roh Tuhan.

Anda lihat, Paulus memberitahu Timotius dalam 2 Timotius 1:7 tiga hal tentang Roh Kudus yang ingin saya tekankan. Dia berkata:

“Tuhan tidak memberikan kita roh takut-takut [itu tidak datang dari Tuhan], tapi kuasa dan kasih dan pikiran yang sehat.”

Roh takut-takut [δειλία deilia], atau malu-malu, pengecut, takut.

Itulah tiga hasil utama yang Tuhan ingin hasilkan di dalam diri kita melalui Roh Kudus. Kuasa, kasih dan pikiran yang sehat [atau penilaian yang sehat]. Mari kita lihat masing-masing secara singkat, satu per satu.

Kuasa macam apa yang dilimpahkan Roh Kudus? Jadi Yesus berkata dalam Kisah Para Rasul 1:8 kepada murid-murid-Nya tepat sebelum Dia meninggalkan mereka dan naik kembali ke surga—sebenarnya, ini adalah kalimat terakhir yang Dia ucapkan di bumi:

“Tetapi kamu akan menerima kuasa ketika Roh Kudus datang ke atas kamu; dan kamu akan menjadi saksi-Ku.”

Dan Dia berkata, “Jangan keluar dan memulai pelayananmu. Jangan mulai berkhotbah sampai kamu menerima kuasa supranatural ini, yang bisa datang hanya oleh Roh Kudus.” Jadi, itu bukanlah kekuatan militer. Rasul-rasul tidak punya kekuatan militer. Itu bukanlah kekuatan fisik. Itu bukanlah kekuatan intelektual. Mereka tidak menghabiskan banyak waktu untuk berdebat dan berteologi. Itu adalah kuasa spiritual dan supranatural. Dan Anda lihat, pesan Injil sepenuhnya supranatural. Pesan ini berpusat pada riwayat tentang seorang yang mati, berada tiga hari di dalam kubur, dibangkitkan dari kematian, dan diangkat ke surga. Nah, itu supranatural. Apa yang Yesus maksudkan adalah: Adalah tidak masuk akal untuk menyajikan pesan tentang serangkaian peristiwa-peristiwa supranatural hanya dengan kekuatan alamiah, hanya dengan alasan alamiah belaka. Dia berkata, “Kuasa yang kamu butuhkan harus sesuai dengan pesan yang kamu ditugaskan untuk menyampaikan.” Pesannya supranatural, kuasanya harus supranatural. Dan segera setelah Roh Kudus turun, benar-benar segera, suatu jenis kuasa supranatural yang benar-benar baru dilepaskan di Yerusalem dan, sesuai dengan rencana Yesus, mulai menyebar keluar dari Yerusalem hingga ke bagian-bagian dunia yang paling jauh.

Jadi, hal pertama yang perlu kita lihat sebagai yang diberikan oleh Roh Kudus adalah sejenis kuasa yang berbeda dari kekuasaan yang dipahami dunia ini. Bahkan, Paulus berkata, “Kekuatan Tuhan dijadikan sempurna di dalam kelemahan.” Ketika kita berusaha meniru cara-cara dunia, ketika kita mendambakan jenis kesuksesan yang dikagumi oleh dunia ini, kita sebenarnya berpaling dari sumber kesuksesan spiritual sejati, yang adalah kuasa spiritual yang benar-benar berbeda jenisnya dan yang hanya bisa datang oleh Roh Kudus—kuasa supranatural yang meninggikan Yesus, menghasilkan mujizat-mujizat, menginsyafkan manusia akan dosa, kebenaran dan penghakiman, menuliskan hukum-hukum Tuhan di dalam hati mereka, dan membawa mereka ke dalam jenis kehidupan yang benar-benar baru. Semua itulah yang menjadi perhatian Tuhan—terhadap anak-anak-Nya.

Seperti sudah dikatakan di atas, Tuhan dapat berurusan dengan orang-orang jahat pada waktunya, tetapi saat ini Dia sedang membesarkan sebuah keluarga bagi diri-Nya sendiri. Dia menciptakan suatu umat bagi diri-Nya sendiri. Dan agen penciptaan itu adalah Roh Kudus dan tidak ada yang lain.

Kemudian Paulus juga berbicara tentang kasih dan dalam Roma 5:5 dia mengatakan ini:

“Pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Tuhan telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah diberikan kepada kita.”

Itu adalah pernyataan yang luar biasa. “Kasih Tuhan telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus.” Bukan sebagian dari kasih Tuhan, tetapi kasih Tuhan. Orang-orang yang sudah dipenuhi Roh Kudus sebenarnya tidak perlu meminta untuk lebih banyak kasih. Yang perlu Anda lakukan adalah melepaskan kasih yang sudah dicurahkan di dalam diri Anda. Bahkan, meminta lebih banyak kasih, dalam arti tertentu, adalah pernyataan ketidakpercayaan, karena seluruhnya sudah dilepaskan.” Alkitab berkata bahwa Tuhan tidak memberikan Roh berdasarkan ukuran. Dia tidak menjatahkan Roh, Dia sangat murah hati. Bahkan Roh itu sendiri disebut Roh Tuhan yang bebas, atau Roh yang murah hati. Tidak ada pelit hati pada Tuhan. Tuhan mencurahkan seluruh Roh-Nya dan seluruh kasih-Nya ke dalam hati kita. Masalah kita bukan karena kita tidak punya cukup kasih, tapi karena kita tidak melekat kepada kasih yang sudah kita miliki.

Dan hal ketiga yang Paulus sampaikan kepada Timotius di sana adalah penilaian yang sehat atau pikiran yang sehat. Dan bahwa itu berarti mengevaluasi [atau menilai] hal-hal sebagaimana Tuhan mengevaluasi [atau menilai]nya. Pribadi paling realis terbesar di dunia saat ini adalah Roh Kudus. Dia tidak pernah sentimental, Dia tidak pernah terkesan dengan hal-hal eksternal, Dia selalu melihat tepat pada jantung dari setiap situasi, hati setiap orang, setiap masalah dan Dia memberi tahu kita kebenaran sebenarnya tentang hal itu. Jika Anda ingin seseorang memberi tahu Anda apa adanya, Anda memerlukan Roh Kudus, karena Dia tidak pernah sentimentil, Dia tidak pernah melebih-lebihkan, Dia tidak pernah memaksa, Dia hanya mengatakan apa adanya. Terserah Anda untuk meresponsnya.

Tetapi hal ini hanya dilakukan oleh Roh Kudus. Paulus berkata dalam Roma 12:2:

“Dan janganlah menyesuaikan diri kepada dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan pikiranmu, supaya kamu dapat membuktikan [menemukan dan mengalami] apa kehendak Tuhan, yang baik, dan yang berkenan, dan yang sempurna.”

Jadi, pikiran-pikiran kita harus diubah, mereka harus diperbarui supaya kita bisa memiliki jenis penilaian seperti ini, dan agen pembaharuannya adalah Roh Kudus. Dalam bahasa yang sangat mirip di Efesus 4:23 Paulus mengatakan ini:

“dan diperbarui dalam roh pikiranmu.”

Perhatikan bahwa Rohlah yang harus memperbarui pikiran. Bukan psikologi, bukan pendidikan, melainkan kerja supranatural dari Roh Tuhan yang memperbarui pikiran-pikiran kita. Anda lihat, Tuhan memperbarui kita dari dalam, agama memperbarui dari luar, agama sibuk dengan hal-hal yang bersifat eksternal. Tetapi Tuhan memperbarui kita dari dalam. Dia memperbarui pikiran-pikiran kita, cara kita berpikir, jalan pikiran kita. Dan ketika kita berpikir secara berbeda, kita hidup secara berbeda. Bagian kita adalah melekat kepada Roh Kudus dalam setiap aspek kehidupan kita.

Berikut rangkuman ketiga area tersebut secara singkat. Roh Kudus datang untuk melakukan apa yang tidak dapat dilakukan oleh kuasa atau agen atau pribadi lain, untuk memberikan kepada kita kuasa, kasih dan pikiran yang sehat. Dan hal ini kita terima ketika kita melekat kepada Roh Kudus.

Roh Dan Firman

Kita kembali kepada tema kita, “Bagaimana Dipimpin oleh Roh Kudus.” Dalam pembicaraan kemarin saya menjelaskan bahwa Roh Kudus dapat melakukan bagi kita apa yang tidak dapat dilakukan oleh kuasa lain. Secara khusus, Dia adalah sumber kuasa, kasih dan pikiran [penilaian] yang sehat. Paulus memberi tahu Timotius, “Tuhan tidak memberikan kepada kita roh takut-takut, tetapi kuasa, kasih, dan pikiran yang sehat.” Tuhan telah memberitahu kita sebelumnya melalui nabi Zakharia bahwa tidak ada kuasa lain, tidak ada pribadi lain, tidak ada pengaruh lain yang dapat menghasilkan di dalam diri kita hasil-hasil yang Tuhan inginkan. Dia telah mengatakan dalam Zakharia 4:6:

“Inilah firman YHVH, … “Bukan dengan keperkasaan dan bukan dengan kekuasaan, melainkan dengan Roh-Ku,” firman YHVH Tzevaot.”

Dialah Tuhan semesta alam. Dia memiliki segala keperkasaan, Dia memiliki segala kekuasaan, tetapi dalam berurusan dengan kita Dia tidak menggunakan keperkasaan dan kekuasaan, karena hal-hal itu tidak dapat memberikan hasil-hasil yang dikehendaki-Nya. Hal-hal itu hanya dapat dihasilkan oleh Roh Kudus melalui karya internal-Nya di dalam hati dan kehidupan kita di mana Dia mengubah kita dan membentuk kita kepada keserupaan Tuhan Yesus Kristus.

Hari ini saya akan membahas tentang hubungan antara Roh Tuhan dan Firman Tuhan. Hal pertama yang perlu ditekankan adalah bahwa selalu ada keselarasan sempurna antara Roh dan Firman. Mereka tidak pernah ada dalam ketidaksepahaman. Ada keintiman total dan harmoni yang utuh. Pertama-tama kita akan mengambil contoh dari penciptaan. Dalam Mazmur 33:6 pemazmur mengatakan:

“Oleh firman YHVH langit dijadikan, dan oleh nafas mulut-Nya seluruh pasukan-pasukan mereka [penghuni-penghuninya].”

Kata yang diterjemahkan “nafas”, sebenarnya dalam bahasa Ibrani adalah roh [רוּחַ ruach]. “Oleh firman YHVH langit dijadikan, dan oleh Roh mulut-Nya seluruh pasukan-pasukan mereka.” Jadi, seluruh ciptaan secara asal-usul menjadi ada melalui dua agen: firman Tuhan dan Roh Tuhan. Penting bagi kita untuk melihat bahwa Mereka bekerja sama dalam harmoni yang sempurna. Tidak pernah yang satu beroperasi tanpa yang lain. Dan itu benar dalam kehidupan kita saat ini. Hasil-hasil yang Tuhan capai di dalam diri kita, oleh Firman-Nya dan oleh Roh-Nya yang bekerja bersama-sama di dalam diri kita.

Jika kita melihat kembali catatan asal-usul penciptaan dalam Kejadian 1:2-3, kita menemukan catatan berikut:

“Dan bumi menjadi kacau balau dan kosong, dan kegelapan ada di atas muka jurang samudera, dan Roh Elohim menggetar [melayang-layang atau bergerak-gerak] di atas muka air.”

Jadi, di sana kita melihat Roh Tuhan bergerak atau melayang-layang [terjemahan lain: mengepak-ngepak], seperti seekor merpati, di atas permukaan air yang gelap. Sangat menarik bahwa pribadi spesifik pertama dari Elohim yang disebutkan dalam kitab suci adalah Roh Kudus.

“Dan Elohim berfirman, “Terang akan ada;” dan terang pun ada.”

Dalam ayat itu kita melihat Firman Tuhan keluar, Dia mengucapkan kata “terang” dan hal itu, terang, menjadi ada. Tetapi hal itu tidak terjadi tanpa Roh Tuhan. Pertama-tama, Roh Tuhan bergerak melayang-layang, mempersiapkan jalan, bagi Firman Tuhan. Kemudian Firman [perkataan] itu keluar menyatu dengan Roh, dan Firman dan Roh bersama-sama menghasilkan ciptaan. Penting sekali untuk memahami hal ini, karena persis seperti inilah bagaimana Tuhan beroperasi di dalam hidup kita. Oleh Firman-Nya dan oleh Roh-Nya yang bekerja secara harmonis. Tidak pernah yang satu tanpa yang lain.

Ada dua hal tentang peran Roh Kudus dalam memberikan Firman Tuhan kepada kita. Roh Kudus adalah pengarang [penulis] sekaligus penafsir Firman Tuhan. Bukan hanya pengarangnya, tapi juga penafsirnya.

Pertama-tama, mari kita lihat peran-Nya sebagai pengarang. Dalam 2 Timotius 3:16 Paulus berkata:

“Seluruh kitab suci diinspirasi oleh Tuhan dan bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk mengoreksi, untuk mendidik dalam kebenaran.”

Kata yang diterjemahkan “diinspirasi oleh Tuhan” [θεόπνευστος theopneustos] secara harafiah berarti “dihembuskan oleh Tuhan.” Itu adalah satu kata. Dan kata “bernafas” [πνέω pneo] berhubungan langsung dengan kata “roh”. Roh adalah πνεῦμα pneuma, dihembuskan adalah πνευστος pneustos. Mereka berasal dari akar kata yang sama. Jadi, ayat ini memberitahu kita bahwa Roh Kudus adalah pengarang [penulis] seluruh Kitab Suci. Tidak peduli manusia siapa yang menuliskannya, Roh Kuduslah yang memberikan Firman, yang meniupkannya ke dalam si penulis sehingga otoritas di belakang seluruh kitab suci adalah otoritas dari pengarangnya, dan pengarangnya adalah Roh Kudus.

Petrus menyinggung hal ini juga dalam 2 Petrus 1:20-21 ketika dia mengatakan ini:

“Tetapi pertama-tama ketahuilah hal ini, bahwa tidak ada nubuat kitab suci yang merupakan penafsiran pribadi, karena nubuat tidak pernah datang oleh kehendak manusia, tetapi dibawa oleh Roh Kudus orang-orang kudus Tuhan berbicara.”

Jadi di sini kita melihat bahwa sekali lagi nubuat, pewahyuan profetik Kitab Suci, datang dari Roh Kudus. Itu tidak pernah hanya merupakan produk dari penafsiran pikiran manusia atau pemikiran sendiri atau rasionalisasi manusia. Tetapi di belakang semua itu selalu ada kuasa dan inspirasi Roh Kudus.

Kemudian mari kita lihat peran Roh Kudus sebagai penafsir kitab suci. Kita dapat membaca kembali kata-kata Petrus yang sama dalam 2 Petrus 1:20 dimana ia berkata demikian:

“Tetapi pertama-tama ketahuilah ini, [sangat-sangat penting, pertama-tama dan yang terutama] bahwa tidak ada nubuat kitab suci yang merupakan penafsiran pribadi…”

Tidak satu pun dari kita dapat mendekati kitab suci dan berkata, “Beginilah cara saya memahaminya, beginilah cara saya menafsirkannya.” Hanya ada satu penafsir yang punya otoritas, dan itu adalah pengarangnya sendiri. Betapa indahnya penyediaan Tuhan sehingga Dia memberikan kita sang Pengarang untuk menjadi sang Penafsir. Jadi, tidak seorang pun dari kita dapat mengambil suatu bagian kitab suci dan asal memilih penafsiran kita sendiri, atau mengerjakannya cuma dengan rasionalisasi kita sendiri. Satu-satunya penafsiran yang sah atas kitab suci adalah penafsiran yang datang oleh Roh Kudus.

Yesus berkata tentang peranan Roh Kudus dalam menyampaikan Kitab Suci kepada kita dalam Yohanes 14:26:

“Tetapi Penolong, yaitu Roh Kudus, yang akan Bapa utus dalam nama-Ku, Dia akan mengajar kamu segala sesuatu, dan akan membawa kepada ingatanmu segala sesuatu yang telah Aku katakan kepadamu.”

Dia adalah pengarang, penulis, guru, dari kitab suci. Dan lagi di Yohanes 16:13:

“Tetapi ketika Dia, Roh Kebenaran, datang, Dia akan menuntun kamu ke dalam seluruh kebenaran: karena Dia tidak akan berbicara dari diri-Nya sendiri, tetapi apa pun yang Dia dengar, Dia akan berbicara: dan Dia akan mengatakan kepadamu hal-hal yang akan datang.”

Jadi, ketika kita datang kepada Firman Tuhan, kita selalu bergantung pada Roh Kudus untuk membimbing kita, untuk mengajar kita, untuk memimpin kita ke dalam seluruh kebenaran. Dan kita perlu selalu mengingat hal itu karena Roh Kudus adalah pengarang Kitab Suci. Dia tidak pernah bertentangan dengan diri-Nya sendiri. Dia tidak pernah, tidak akan pernah memimpin atau mengajar dalam hal apa pun yang bertentangan dengan Firman yang Dia sendiri berikan di dalam Kitab Suci.

Ada sebuah perumpamaan tentang piano dan pemain piano. Piano adalah gambaran Alkitab. Piano mempunyai sejumlah nada, begitu banyak tuts putih, begitu banyak tuts hitam. Ia memiliki kibor lengkap. Itu lengkap, itu terbatas, dalam arti tertentu. Itu seperti Alkitab. Ia mempunyai begitu banyak kitab, begitu banyak pasal, begitu banyak ayat, begitu banyak penulis, dan seterusnya. Anda dapat mengambilnya di tangan Anda dan memegangnya. Tetapi piano itu sendiri tidak berfungsi, tidak menghasilkan apa pun. Untuk mendapatkan apa yang dirancang untuk dihasilkan oleh piano, kita harus memiliki seorang pemain piano. Dan jika ada pemain piano sejati yang datang, tidak ada batasan dari apa yang bisa dia hasilkan dari piano tersebut. Dia tidak terbatas pada sepuluh musik atau seribu musik. Secara harafiah, tidak terbatas apa yang dapat dihasilkan dari satu alat musik yang terbatas itu.

Dan demikian juga dengan Firman Tuhan. Tidak ada batasan dari apa yang dapat dihasilkan oleh Roh Kudus ketika kita mengizinkan Dia bermain pada piano. Tetapi ketika kita mencoba memainkan piano untuk diri kita sendiri, hasilnya sungguh buruk. Hanya hiruk pikuk, tanpa harmoni. Hanya Roh Kudus yang diperbolehkan memainkan piano Firman Tuhan.

Satu hal lagi tentang Roh dan Firman. Firman adalah cermin dari Roh. 2 Korintus 3:17-18:

“Dan Tuhan adalah Roh: dan di mana Roh Tuhan berada, di situ ada kemerdekaan. [Kita sudah membicarakan hal itu sebelumnya. Tapi kemudian Paulus melanjutkan:] Dan kita semua, dengan wajah yang tak terselubung memandang seperti di sebuah cermin kemuliaan Tuhan, diubahkan ke dalam gambar yang sama dari kemuliaan kepada kemuliaan, sama seperti dari Tuhan, Roh.”

Rasul Yakobus dalam suratnya memberi tahu kita dengan sangat jelas bahwa salah satu fungsi Firman Tuhan adalah menjadi cermin, yang tidak menyingkapkan kepada kita penampilan luar, tetapi menyingkapkan kepada kita sifat dan keberadaan batiniah kita. Dan Paulus menggunakan gambaran yang sama di sini dan dia berkata, “Ketika kita memandang dalam cermin Roh Kudus dan melihat seperti apa diri kita sebenarnya di bagian dalam, maka Roh Kudus bekerja dalam diri kita untuk mengubah kita kepada gambaran tentang bagaimana kita seharusnya, seperti yang disingkapkan dalam kitab suci.” Roh Kudus memberi kita gambaran diri yang bukan gambaran diri kita sendiri, melainkan gambaran siapa diri kita di dalam Kristus. Dan ketika kita terus memandang gambar itu, Roh Kudus mengubah kita kepada keserupaan dengan apa yang kita lihat. Itu sebabnya Firman Tuhan sangat penting dalam kaitannya dengan Roh, karena ketika cermin itu tidak ada, Roh Kudus tidak bekerja. Dia hanya mengubah kita ketika kita melihat apa yang kita lihat di dalam cermin Firman Tuhan. Begitu kita berpaling dari Firman, Roh Kudus berhenti bekerja. Tetapi hal yang indah adalah Paulus mengatakan bahwa Dia mengubah kita dari kemuliaan kepada kemuliaan. Ini adalah pewahyuan progresif tentang keberadaan kita di dalam Kristus, yang ke dalam Dia Roh Kudus membawa kita.

Peranan Roh Kudus dalam Doa Anda

Sekarang, kembali ke tema kita, “Bagaimana Dipimpin oleh Roh Kudus.”

Dalam pembahasan kita tentang tema ini kemarin, saya menjelaskan bahwa ada dua pengalaman kunci di mana Roh Kudus menghubungkan kita kepada Tuhan sebagai anak-anak-Nya. Yang pertama adalah kelahiran baru, dilahirkan kembali dari Roh Tuhan. Dan Yesus berkata, “Jika seseorang tidak dilahirkan kembali dari Roh Kudus, dia tidak dapat melihat atau pun memasuki Kerajaan Tuhan.” Itu adalah pengalaman yang hanya terjadi sekali saja. Tetapi jalan kedua yang dilakukan Roh Kudus untuk menghubungkan kita kepada keluarga Tuhan adalah dengan menjadikan kita anak-anak Tuhan yang dewasa—bukan hanya bayi-bayi kecil, bukan hanya anak-anak kecil. Dan cara mewujudkannya adalah dengan dipimpin setiap hari, secara teratur, terus-menerus oleh Roh Kudus. “Semua orang yang dipimpin [terus-menerus] oleh Roh Kudus, mereka inilah anak-anak [anak-anak dewasa] Tuhan.” Jadi jalannya, dan satu-satunya jalan menuju kedewasaan dari seorang anak [bayi] Tuhan untuk menjadi seorang anak [dewasa] Tuhan, adalah dengan dipimpin secara teratur oleh Roh Kudus.

Kita harus memahami, dalam konteks ini, bahwa Roh Kudus adalah seorang Pribadi. Dia bukanlah sebuah teori teologis, Dia bukanlah sebuah sistem; Dia adalah seorang Pribadi. Dan dalam membangun sebuah hubungan dengan Dia, kata kuncinya adalah kepekaan. Kita harus belajar peka terhadap Roh Kudus sebagai Pribadi.

Dan kemudian, saya menjelaskan hubungan antara Roh Tuhan dan Firman Tuhan—bahwa Roh Tuhan, Roh Kudus, adalah pengarang [penulis] sekaligus penafsir Kitab Suci.

Hari ini kita akan membahas tentang peranan Roh Kudus dalam kehidupan doa kita. Kita harus melihat bahwa Roh Kudus adalah satu-satunya sumber doa yang efektif. Doa apa pun yang tidak datang oleh Roh Kudus bukanlah doa yang efektif. Itu tidak akan menghasilkan apa-apa dan itu tidak dapat diterima oleh Tuhan. Paulus memperjelas hal ini dalam Roma 8:26-27. Dia mengatakan ini:

“Dan demikianlah Roh [huruf kapital, Roh Kudus] juga menolong dalam kelemahan-kelemahan kita. Karena kita tidak tahu apa yang harus kita doakan, sebagaimana seharusnya, tetapi Roh itu sendiri bersyafaat bagi kita dengan keluhan-keluhan yang tidak dapat terucapkan. Dan Dia yang menyelidiki hati, mengetahui apa pikiran Roh itu, karena Dia bersyafaat bagi orang-orang kudus menurut kehendak Tuhan.”

Paulus menunjukkan dalam ayat-ayat tersebut bahwa sebagai anak-anak Adam, dalam sifat kejatuhan kita, kita semua memiliki satu kelemahan bawaan yang bersifat universal. Ini bukan kelemahan fisik. Anda bisa menyebutnya kelemahan pengertian kita. Yaitu: bahwa kita tidak tahu apa yang harus didoakan. Dan bahkan ketika kita tahu apa yang harus didoakan, kita tidak tahu bagaimana mendoakannya.

Adakah seseorang di sini yang selalu tahu apa yang harus didoakan, dan bagaimana mendoakannya? Ini adalah masalah universal bagi kita semua. Itu adalah kurangnya pengertian tentang apa yang harus kita doakan pada waktu-waktu tertentu, dan bahkan ketika kita tahu apa yang harus kita doakan, bagaimana cara mendoakannya. Dan Paulus menjelaskan bahwa itulah salah satu tujuan utama Tuhan menempatkan Roh Kudus di dalam kita—yaitu untuk membimbing kita di dalam berdoa, untuk menunjukkan kepada kita bagaimana berdoa. Dikatakan bahwa ketika kita tidak tahu apa yang harus kita doakan, Roh itu sendiri—dan perhatikan sekali lagi penekanan pada kepribadian-Nya—”Roh itu sendiri bersyafaat [berdoa] bagi kita dengan keluhan-keluhan yang tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata.” Kadang-kadang tidak ada kata-kata manusia yang dapat mengungkapkan jenis doa yang perlu kita doakan, tetapi Roh Kudus memberi kita doa yang tepat. Menurut saya, kunci sesungguhnya untuk berdoa dengan sukses adalah mengizinkan Roh Kudus untuk menjaga pertemuan doa yang terus-menerus di dalam diri Anda, dan saya percaya hal itu dapat terus berlanjut bahkan ketika kita tidak berdoa dengan pikiran kita atau dengan mulut kita. Saya percaya Roh Kudus adalah pendoa syafaat yang kekal dan ketika kita memberi Dia kebebasan, Dia bersyafaat di dalam diri kita siang dan malam.

Selain itu, Roh Kudus memberi kita kuasa yang menjadikan doa kita efektif. Dalam Efesus 3:20, berbicara tentang doa dan apa yang Tuhan dapat lakukan melalui doa, Paulus mengatakan ini:

“Dan, bagi Dia yang berkuasa [yaitu Tuhan] …bagi Dia yang berkuasa untuk melakukan jauh lebih banyak melampaui semua yang kita minta atau pikirkan, sesuai dengan kuasa yang bekerja di dalam kita.”

Tidak ada batasan yang dapat kita tentukan dengan pikiran kita atau pengertian kita mengenai apa yang Tuhan dapat lakukan sebagai jawaban untuk doa kita. Tetapi keefektifan doa itu sesuai dengan kuasa yang bekerja di dalam diri kita. Kuasa di dalam diri kitalah yang menjadikan doa kita efektif. Kuasa apa itu? Paulus sudah menjelaskannya dalam Roma 8—itu adalah kuasa Roh Kudus.

Kita melihat ini dalam kenyataan. Ada dua orang Kristen. Masing-masing berdoa dengan kata-kata yang identik, mungkin untuk kesembuhan seseorang. Satu orang mendapatkan semua yang dia doakan, yang lain tidak mendapatkan apa pun. Padahal tidak ada perbedaan dalam kata-kata mereka. Perbedaannya ada di dalam kuasa yang ada di dalam kata-kata. Kita harus mengakui bahwa kita sepenuhnya bergantung pada Roh Kudus untuk membimbing kita di dalam doa dan memberi kita kuasa di dalam doa. Dan kita perlu mengingat apa yang Paulus katakan dalam 1 Korintus 4:20:

“Karena Kerajaan Tuhan tidak di dalam perkataan, tetapi di dalam kuasa.”

Itu bukan tentang semua kata-kata yang kita doakan. Faktanya, kadang-kadang saya berpikir kita berdoa terlalu banyak kata-kata dan beberapa doa terlalu panjang. Tetapi, kuasa yang bekerja melalui kata-kata itulah. Dan kita harus belajar bagaimana mengembangkan Roh Kudus, bagaimana memahami Roh Kudus, bagaimana berserah diri kepada Roh Kudus, bagaimana mengizinkan Dia membimbing kita dan memberi kita kuasa di dalam doa-doa kita.

Saya ingin memberi Anda empat contoh jenis-jenis doa yang berbeda yang dapat diberikan oleh Roh Kudus. Yang pertama adalah doa yang berdasarkan langsung pada Firman Tuhan. Kita mengambil janji Tuhan dan kita mengembalikannya kepada Tuhan dan kita berkata, “Tuhan, lakukan apa yang Engkau berjanji untuk lakukan.” Daud berdoa seperti itu dalam 1 Tawarikh 17:23. Tuhan telah memberitahunya bahwa Dia akan membangun baginya sebuah garis keturunan, sebuah rumah, yang jauh lebih besar daripada apa pun yang pernah Daud pikirkan. Tetapi ketika Daud menerima perkataan nubuatan ini dari Tuhan, dia mengatakan ini:

“Dan sekarang, ya YHVH, firman yang Engkau ucapkan atas hamba-Mu dan atas rumahnya, akan diteguhkan untuk selama-lamanya, dan lakukanlah seperti yang Engkau ucapkan.”

Itulah kuncinya, “lakukanlah seperti yang Engkau firmankan.” Ketika malaikat Gabriel datang kepada perawan Maria untuk mengumumkan bahwa ia akan menjadi ibu dari Putra Elohim, Sang Mesias, hal itu jauh melampaui apa pun yang pernah ia renungkan di sepanjang hidupnya, tetapi jawabannya adalah ini:

“Lihatlah, [aku] hamba Tuhan: jadilah kepadaku sesuai dengan perkataanmu.” (Lukas 1:38)

Itulah kuncinya. Anda tidak akan pernah bisa berdoa sebuah doa yang lebih berkuasa daripada ketika Roh Kudus memberi Anda pembebasan untuk menuntut suatu firman Tuhan dalam pengalaman Anda.

Dan kemudian ada doa yang terinspirasi secara langsung. Dalam Mazmur 81:10 Tuhan berfirman kepada umat-Nya:

“Aku, YHVH, Elohimmu, yang membawa engkau naik dari negeri Mitzrayim: bukalah mulutmu lebar-lebar dan Aku akan mengisinya.”

Jadi, kadang-kadang kita tidak tahu apa yang akan kita doakan. Saya tidak tahu apakah Anda pernah berada dalam situasi itu, buka saja mulut Anda dan izinkan Tuhan memberikan Anda doa. Izinkan Dia mendoakan itu melalui Anda. Kadang-kadang itulah salah satu cara supaya Anda dapat menemukan kehendak Tuhan. Ketika Anda mulai mendoakan sesuatu yang Anda tidak pernah memikirkan mendoakannya, mungkin tentang diri Anda sendiri atau situasi tertentu, itu adalah doa yang diberikan Roh Kudus kepada Anda, itu adalah pewahyuan kehendak Tuhan.

Dan kemudian ada doa supranatural. Dalam 1 Korintus 14:14-15 Paulus berbicara tentang berdoa dalam bahasa lidah, yang sepenuhnya supranatural, hanya mungkin dilakukan melalui Roh Kudus, dan ia berkata sebagai berikut:

“Sebab jika aku berdoa di dalam [bahasa] lidah, rohku yang berdoa, tetapi pikiranku tidak berbuah. Jadi bagaimana? Aku akan berdoa dengan roh, dan aku juga berdoa dengan pikiran. Aku akan memainkan musik dengan roh, dan aku juga akan memainkan musik dengan pikiran.”

Ketika Paulus berkata, “Aku akan berdoa dengan roh,” atau “memainkan musik dengan roh,” maksudnya adalah, “Aku akan berdoa dengan kata-kata yang diberikan Roh Kudus kepadaku dalam [bahasa] lidah, kata-kata yang tidak aku pahami.” Tapi dia juga berkata itu bukan satu-satunya cara aku berdoa dan memainkan musik, itu hanya salah satu cara.

Dan yang terakhir, ada doa yang disebut doa “mengerang” [sakit bersalin]. Dalam Roma 8:23 Paulus membicarakan hal ini dan dia berkata:

“Dan bukan hanya itu, tetapi juga kita sendiri, yang telah menerima buah sulung Roh, bahkan kita sendiri mengerang di dalam diri kita sendiri…”

Dia berbicara tentang doa yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Itu begitu dalam, itu jauh melampaui pemahaman alami kita, sehingga kita hanya perlu membiarkan Roh Kudus mengerang melalui kita. Sangat penting untuk diingat bahwa dalam kerajaan Tuhan tidak ada kelahiran tanpa sakit bersalin, sama seperti dalam tatanan alami.

Ada kegerakan besar Tuhan pada tahun 1904 di sebuah negeri kecil Wales dan orang yang Tuhan pakai sebagai alat untuk mewujudkan kebangunan rohani yang luar biasa ini bernama Evan Roberts. Namun saudara laki-lakinya kemudian mencatat bahwa beberapa bulan sebelum kebangunan rohani terjadi—mereka berasal dari keluarga miskin, mereka berbagi ranjang yang sama—dia mengatakan malam demi malam saudaranya akan menggeliat dan mengerang di dalam tidurnya, mengeluarkan rintihan-rintihan yang mengerikan yang saudaranya tidak bisa mengerti. Itu adalah erangan-erangan doa yang melahirkan kebangkitan rohani di Wales.

Jadi kita harus belajar bagaimana berserah diri kepada Roh Kudus, bagaimana mengizinkan Dia menjadi Tuhan secara efektif dalam kehidupan doa kita. Ingat, minggu lalu saya telah menunjukkan bahwa Dia adalah Tuhan, dan salah satu area di mana kita harus menyerahkan diri kepada Ketuhanan-Nya dan mengandalkan Dia di dalam iman adalah dalam area kehidupan doa kita.

Bersiaplah Untuk Menjadi Bodoh

Kita melanjutkan tema yang saya mulai minggu lalu, “Bagaimana Dipimpin oleh Roh Kudus.” Memahami dan menerapkan kebenaran-kebenaran yang terkandung di dalamnya adalah penting bagi keberhasilan Anda dalam kehidupan iman.

Dalam pembahasan kita kemarin sudah dijelaskan bahwa Roh Kudus adalah satu-satunya sumber pimpinan dan kuasa yang efektif dalam kehidupan doa kita. Ada empat jenis-jenis doa berbeda yang dapat diberikan oleh Roh Kudus:

1. Doa yang langsung berdasarkan Firman Tuhan, seperti doa Perawan Maria ketika dia berkata, “Jadilah kepadaku sesuai dengan perkataanmu.”

2. Ada doa yang diinspirasi langsung. Tuhan berkata, “Bukalah mulutmu lebar-lebar dan Aku akan mengisinya.” Kita tidak tahu apa yang akan kita katakan. Kita membuka mulut kita, dan Roh Kudus memberikan kita doa yang Tuhan ingin itu didoakan.

3. Kemudian ada doa supranatural, doa dalam lidah asing [bahasa lidah], yang diberikan oleh Roh Kudus.

4. Yang terakhir, doa sakit bersalin—doa yang begitu dalam, begitu intens, bahkan tidak diekspresikan dalam kata-kata, melainkan diekspresikan dengan sejenis rintihan erangan seperti sakit bersalin.

Tentu saja masih banyak jenis-jenis doa lainnya. Itu hanya empat contoh yang saya berikan kepada Anda.

Hari ini saya akan fokus pada satu fakta spesifik dan penting—cara Roh Kudus mengarahkan kita sering kali bertentangan total dengan nalar atau hikmat alami. Paulus menyatakan paradoks ini dengan sangat jelas dalam 1 Korintus 2:12-14:

“Sekarang kita telah menerima, bukan roh dunia, tetapi Roh yang dari Tuhan, supaya kita dapat mengetahui hal-hal yang telah diberikan dengan cuma-cuma bagi kita oleh Tuhan…”

Sekarang perhatikan baik-baik, ada dua sumber roh-roh: satu dari Tuhan, satu lagi dari tatanan dunia saat ini. Roh yang datang dari tatanan dunia ini bukanlah Roh Tuhan, melainkan itu jenis roh yang lain. Paulus melanjutkan:

“Hal-hal ini juga kami ucapkan, bukan dengan kata-kata yang diajarkan oleh hikmat manusia, tetapi yang diajarkan oleh Roh Kudus, membandingkan hal-hal spiritual dengan spiritual.”

Jadi, hikmat yang datang dari Roh Kudus itu tidak dituangkan dalam bahasa hikmat manusia. Banyak pengkhotbah yang secara panjang lebar mengutip dan menggunakan bahasa dari disiplin-disiplin ilmu seperti psikiatri atau psikologi. Kata-kata itu baik-baik saja dan dapat diterima pada tempat dan tatanan mereka, tetapi kata-kata itu bukanlah kata-kata yang Tuhan pergunakan untuk mewahyukan hikmat Ilahi. Paulus selanjutnya mengatakan:

“Tetapi manusia jiwani [manusia yang terbatas pada pemahaman alamiahnya sendiri tanpa Roh Kudus] tidak menerima hal-hal yang berasal dari Roh Tuhan, karena hal itu adalah kebodohan baginya, dan dia tidak dapat memahaminya, karena hal-hal itu [hanya dapat] dinilai secara spiritual.”

Jadi, sementara kita hanya berada di dalam pemikiran dan pemahaman alami kita sendiri, tidak peduli seberapa tinggi pendidikan, atau canggihnya atau berkembangnya intelektual kita, kita tidak dapat menerima hal-hal yang berasal dari Roh Tuhan. Bahkan, hal-hal itu adalah kebodohan bagi kita. Itu tidak berarti bahwa hal-hal yang berasal dari Roh Tuhan itu bodoh, tetapi itu artinya bahwa hal-hal itu kelihatan bodoh bagi Anda. Anda lihat, Tuhan tidak terkesan dengan hikmat dunia ini. Dengarkan apa yang Paulus katakan dalam 1 Korintus 1:18-20:

“Karena berita tentang salib adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa, tetapi bagi kita yang diselamatkan, itu adalah kuasa Tuhan.”

Anda lihat, beritanya tidak berubah. Tetapi respons kita. Jika kita menerimanya secara jiwani [alami], itu adalah kebodohan. Jika kita mengizinkan Roh Kudus menafsirkan itu kepada kita, maka itu menjadi kuasa Tuhan. Paulus melanjutkan:

“Karena ada tertulis [Dia mengutip dari Perjanjian Lama], ‘Aku akan menghancurkan hikmat orang-orang berhikmat, dan kebijaksanaan orang-orang bijaksana akan Aku lenyapkan. [Itu Tuhan yang berbicara. Kemudian Paulus bertanya:] Di manakah orang berhikmat? Di manakah ahli kitab? Di manakah ahli debat zaman ini? Bukankah Tuhan membuat bodoh hikmat dunia ini?”

Ini adalah pemikiran yang sangat serius saat ini, karena begitu banyak gereja yang bersujud di hadapan mezbah hikmat dunia ini, tetapi Tuhan telah menjadikan itu semua kebodohan.

Paulus melanjutkan lagi, dengan tema yang sama dalam 1 Korintus 3:18-20:

“Biarlah tidak seorang pun menipu dirinya sendiri. Jika ada seseorang di antara kamu yang menganggap dirinya berhikmat di dalam zaman ini, biarlah dia menjadi bodoh, supaya dia menjadi berhikmat.”

Ketika kita datang kepada Tuhan dan mengenal Dia, kita harus menjadi bodoh terlebih dahulu sebelum kita dapat mulai masuk ke dalam hikmat Tuhan. Jadi, jika ada orang yang kelihatannya berhikmat di dunia ini, Paulus berkata, hal pertama yang harus dia lakukan adalah menjadi bodoh di mata dirinya sendiri dan di mata orang-orang lain supaya dia dapat menjadi benar-benar berhikmat. Paulus melanjutkan lagi:

“Karena hikmat dunia ini adalah kebodohan di hadapan Tuhan. Karena ada tertulis, ‘Dialah [Tuhan] yang menangkap orang-orang bijak dalam kelicikan mereka sendiri’; dan sekali lagi, ‘TUHAN mengetahui pikiran-pikiran orang-orang bijak, bahwa itu tidak kesia-siaan.”

Dan kemudian Paulus menyimpulkan semua ini dengan mendaratkan satu pukulan telak dalam 1 Korintus 8:2 dimana dia berkata:

“Tetapi jika seseorang mengira dia mengetahui apa pun, dia belum mengetahui apa pun sebagaimana yang seharusnya dia ketahui.”

Paulus menyatakan jenis pengetahuan alami yang Anda miliki tidak sesuai dengan pewahyuan Tuhan. Hal pertama yang harus Anda lakukan adalah mengakhiri semua penalaran alami dan ketergantungan pada kecerdasan dan pendidikan Anda sendiri, merendahkan hati dan merendahkan pikiran Anda di hadapan Tuhan dan mengakui bahwa apa yang Anda miliki bukanlah hikmat Ilahi. Dan kemudian Roh Kudus akan mulai mengimpartasikan kepada Anda hikmat Ilahi. Tetapi ada proses merendahkan diri ini yang pertama-tama harus dilakukan terlebih dahulu. Dan menurut saya, di dunia ini orang-orang yang paling sulit merendahkan diri mereka di hadapan Tuhan adalah para intelektual. Saya pikir pengembangan intelektual memperkuat kesombongan pada manusia, barangkali lebih daripada hal yang lain. Kekayaan cenderung membuat orang-orang sombong, kekuasaan politik cenderung membuat orang-orang sombong—ada berbagai macam hal. Kecantikan pribadi cenderung membuat orang-orang sombong. Tetapi menurut saya, benteng kesombongan yang paling kuat di dalam diri manusia alami adalah yang datang melalui pengembangan intelektualnya sendiri. Anda lihat, itu bukan berarti Tuhan tidak punya hikmat apa-apa, melainkan sesungguhnya Tuhan adalah sumber dari segala hikmat sejati, dan Dia membuat ini semua tersedia bagi umat-Nya. Tetapi Tuhan punya jenis hikmat yang lain. Kunci kepada hikmat Tuhan adalah salib. Anda lihat, salib, menurut pemikiran alami, adalah jumlah keseluruhan dari kebodohan Tuhan. Dia mengirim Putra-Nya ke dalam dunia untuk menyelamatkan dunia, dan Dia membiarkan Putra-Nya ditangkap oleh orang-orang berdosa, diserahkan kepada pengadilan palsu dengan dakwaan palsu, dijatuhi hukuman mati, dan mati di dalam kesakitan penderitaan dan rasa malu. Apa yang lebih bodoh daripada itu jika Anda berusaha melepaskan kuasa Anda untuk menyelamatkan umat manusia? Tetapi Paulus berkata, dalam fakta sesungguhnya, salib, apa yang terjadi pada salib itu, adalah kunci kepada seluruh hikmat dan seluruh kuasa yang datang dari Tuhan.

Inilah yang Paulus katakan dalam 1 Korintus 2:4-8. Anda perhatikan hampir semua kutipan saya berasal dari 1 Korintus karena dalam surat khusus inilah Paulus memakukan hikmat dunia ini, dan menunjukkan apa itu sebenarnya. Paulus berkata:

“Dan perkataanku dan pemberitaanku tidak dengan kata-kata hikmat manusia yang meyakinkan, tetapi dalam demonstrasi Roh dan kuasa, supaya imanmu tidak berada di dalam hikmat manusia, tetapi di dalam kuasa Tuhan.”

Anda lihat? Jadi, hikmat manusia bukanlah dasar yang aman untuk iman Anda. Iman Anda harus didasarkan pada kuasa Tuhan, bukan pada hikmat manusia, karena kuasa Tuhan tidak berubah. Kemudian Paulus melanjutkan dengan berkata:

“Tetapi kami membicarakan hikmat di antara orang-orang yang sudah dewasa; tetapi bukan hikmat dari zaman ini, atau pun dari penguasa-penguasa zaman ini yang akan binasa; tetapi kami membicarakan hikmat Tuhan dalam suatu misteri…”

“Hikmat Tuhan dalam suatu misteri…” Tuhan mempunyai hikmat, rahasia, hikmat Tuhan yang tersembunyi.

“…kami membicarakan hikmat Tuhan dalam suatu misteri, hikmat yang tersembunyi, yang telah ditentukan Tuhan sebelum ada zaman-zaman bagi kemuliaan kita…”

Ini pernyataan yang menarik. Anda harus mengakui bahwa Tuhan mempunyai hikmat yang Dia tentukan sebelum penciptaan dan tujuan dari hikmat-Nya—dengarkan ini—tujuan dari hikmat-Nya adalah untuk menjadikan kita bagi kemuliaan-Nya. Ini pernyataan yang menakjubkan. Tidak ada pikiran manusia yang dapat mengerjakan rencana seperti itu. Ini hanya bisa ada dari Tuhan. Dan kemudian Paulus melanjutkan tentang hikmat ini:

“…hikmat yang tidak diketahui oleh penguasa-penguasa zaman ini: karena jika mereka mengetahuinya, niscaya mereka tidak akan menyalibkan Tuhan kemuliaan…”

Anda lihat? Pintu kepada hikmat rahasia yang tersembunyi ini adalah salib. Bagi manusia duniawi, Paulus mengatakan, berita tentang salib adalah kebodohan. Oh, betapa bodohnya salib itu bagi banyak orang ketika pertama kali mendengarnya! Gambaran yang mengerikan. Seorang laki-laki telanjang, sekarat dalam penderitaan, kesakitan tergantung di kayu salib. Pertama kali saya menyaksikan film Yesus dari Nazaret, saya tidak menyukainya. Mengerikan. Menyaksikan seseorang mengalami siksaan seperti itu, saya menutup mata dan membuang muka. Bagaimana mungkin Tuhan ada di belakang peristiwa-peristiwa seperti itu? Apa yang ditawarkan salib-Nya bagi kita? Tapi kemudian Roh Kudus membuka pemahaman orang yang percaya. Masing-masing dari kita harus bertemu secara pribadi dengan Orang yang tergantung di kayu salib itu. Dan saya menemukan bahwa salib adalah pintu masuk dan satu-satunya pintu masuk kepada hikmat rahasia Tuhan yang tersembunyi. Tetapi untuk mencapai pintu itu sebelum Anda menjadi berhikmat di dalam hikmat itu, Anda harus menjadi bodoh dalam hikmat alamiah. Paulus berkata, “Jika seseorang menganggap dirinya berhikmat, biarlah dia menjadi bodoh, supaya dia dapat menjadi berhikmat.” Kita harus menanggalkan penalaran-penalaran intelektual hikmat dunia ini untuk menemukan hikmat yang datang melalui salib.

Bersiaplah Untuk Menjadi Lemah

Sekarang, kembali ke tema kita, “Bagaimana Dipimpin oleh Roh Kudus.” Dalam pembahasan Alkitab kemarin saya menunjukkan kepada Anda bahwa Tuhan tidak terkesan dengan hikmat dunia ini. Dia mempunyai sejenis hikmat lain yang kelihatannya bodoh—yakni, salib. Dan hikmat ini diwahyukan oleh Roh Kudus, bertentangan dengan roh dunia ini. Ada dua roh yang Paulus bicarakan: roh dunia ini, dan Roh yang berasal dari Tuhan. Dan ada pertentangan di antara mereka. Selama kita berada di bawah pengaruh roh dunia ini, kita akan mengembangkan jenis hikmat yang berasal dari dunia ini. Tetapi ketika kita berada di bawah Roh Tuhan dan mengijinkan Dia untuk mengajar dan membimbing kita, kita menerima jenis hikmat yang sama sekali berbeda yang kelihatannya bodoh bagi orang-orang yang berada di bawah pengaruh roh dunia ini. Tetapi hikmat Tuhan itu hanya datang melalui salib, melalui pewahyuan salib. Jadi, Paulus berkata, jika Anda benar-benar ingin menjadi berhikmat, pertama-tama, Anda harus menjadi bodoh menurut standar-standar dunia. Anda harus menanggalkan jenis hikmat duniawi semacam itu.

Hari ini saya akan membagikan kebenaran paralel. Tuhan tidak terkesan dengan kekuatan manusia dan jika Anda menginginkan kekuatan dan kuasa Ilahi yang sebenarnya, pertama-tama, Anda harus menjadi lemah menurut standar-standar dunia ini. Dan sekali lagi, kunci kepada kelemahan Ilahi yang memberi kekuatan ini adalah salib. Anda lihat, salib tidak hanya melambangkan kebodohan, yang saya bicarakan kemarin, tetapi juga kelemahan. Inilah yang Paulus katakan—dan kita kembali lagi ke 1 Korintus karena ini adalah salah satu tema utama 1 Korintus, perbedaan antara hikmat manusia dan hikmat Ilahi; perbedaan antara kuasa manusia dan kuasa Ilahi. Dan, kunci kepada hikmat dan kuasa Ilahi, yakni salib. Jadi inilah Paulus berkata lagi dalam 1 Korintus 1:22-29:

“Dan karena orang-orang Yahudi meminta tanda-tanda, dan orang-orang Yunani mencari hikmat…”

Dan saya harus memberitahu Anda bahwa pernyataan tersebut sama benarnya saat ini dengan ketika Paulus menulisnya.

“…tetapi [dia berkata] kami memberitakan Kristus yang disalibkan, bagi orang-orang Yahudi suatu batu sandungan, dan bagi orang-orang Yunani suatu kebodohan.”

Itu dia, Anda lihat. Kita diperhadapkan pada sesuatu yang kelihatan bodoh bagi sekumpulan orang tertentu, dan kelihatan lemah bagi sekumpulan orang lain. Tetapi Paulus melanjutkan:

“Tetapi bagi mereka yang dipanggil [oleh Tuhan], baik orang-orang Yahudi maupun orang-orang Yunani, Kristus adalah kuasa Tuhan dan hikmat Tuhan.”

Anda lihat, keduanya berjalan bersama-sama: hikmat dan kuasa. Kemudian Paulus melanjutkan:

“Karena kebodohan Tuhan itu lebih berhikmat daripada manusia, dan kelemahan Tuhan itu lebih kuat daripada manusia.”

Itu yang ingin saya fokuskan hari ini, kelemahan Tuhan lebih kuat daripada manusia. Ada jenis kelemahan yang menjadi kunci kepada kekuatan sesungguhnya. Kemudian dia berkata kepada orang-orang Kristen: “Lihatlah orang-orang macam apa kamu ini. Lihatlah orang-orang macam apa yang menjadi orang-orang percaya.”

“Karena pahamilah panggilanmu, saudara-saudara, bahwa tidak banyak yang berhikmat menurut daging, tidak banyak yang berkuasa, tidak banyak yang terpandang. Tetapi Tuhan telah memilih…”

Dan saya ingin menekankan semuanya—Tuhan telah menentukan pilihan-Nya. Tidak ada gunanya berdebat dengan Tuhan karena Dia telah membuat keputusan.

“Tetapi Tuhan telah memilih hal-hal yang bodoh dari dunia ini untuk mempermalukan yang berhikmat, dan Tuhan telah memilih hal-hal yang lemah dari dunia ini untuk mempermalukan hal-hal yang kuat, dan hal-hal yang rendah dari dunia ini dan hal-hal yang dipandang hina, Tuhan telah pilih, dan hal-hal yang tidak ada, untuk meniadakan hal-hal yang ada…”

Jadi Tuhan telah memilih yang sama sekali kebalikan dari apa yang manusia akan pilih dengan hikmat. Dan kemudian Paulus memberikan alasannya:

“…supaya tidak seorang pun dapat bermegah di hadapan Tuhan.”

Sebelum Tuhan dapat benar-benar datang ke dalam hidup kita dan menjadi bagi kita semua apa yang Dia inginkan, ada satu hal yang harus Dia campakkan, yaitu kesombongan manusia. Dan ada dua sumber kesombongan manusia. Yang satu adalah hikmat, dan yang satunya lagi adalah kuasa. Dan Tuhan harus berurusan dengan ini. Hal-hal ini adalah penghalang terhadap pewahyuan Tuhan yang sebenarnya, karena hikmat dan kuasa manusia tidak mengesankan Tuhan dan hal-hal itu tidak mencapai tujuan-tujuan Tuhan. Kita harus berpaling dari hal-hal itu. Kita harus dibebaskan dari hal-hal itu sebelum kita dapat mengalami hikmat dan kuasa Tuhan yang sesungguhnya. Untuk alasan itu, Tuhan telah memilih orang-orang yang tidak diperhitungkan.

Paulus kemudian memberikan kesaksiannya sendiri dalam 2 Korintus tentang sumber kuasa ilahi ini. Dan dia berbicara tentang pengalaman yang sangat menyakitkan dimana dia disiksa oleh sejenis malaikat Satan dan dia memohon kepada Tuhan untuk melepaskan dia dari hal ini dan Tuhan tidak melakukannya. Tuhan tidak menjawab doanya seperti itu. Kadang-kadang orang Kristen berkata, “Doa-doaku tidak dijawab.” Mungkin mereka lupa bahwa `Tidak’ adalah sebuah jawaban.” Tuhan memang menjawab doa Paulus, tetapi jawabannya “Tidak.” Dan beginilah Paulus menjelaskannya:

“Dan karena pewahyuan-pewahyuan [yang diberikan kepada Paulus] itu sangat luar biasa hebatnya, untuk alasan itu, untuk menjaga aku dari meninggikan diriku sendiri, maka diberikan kepadaku suatu duri di dalam daging, seorang utusan Satan untuk memukuli aku—untuk menjaga aku dari meninggikan diriku sendiri!”

Perhatikan kata-kata “diberikan kepadaku.” Apakah Anda ingin pemberian semacam itu? Seorang malaikat Satan untuk membuat hidup Anda sulit sepanjang waktu? Secara pribadi, saya percaya bahwa malaikat itulah yang bergerak ke mana pun Paulus pergi, di setiap kota malaikat itu memicu masalah, kekacauan. Dia membuat Paulus dijebloskan ke dalam penjara, dipukuli, dianiaya, dilempar keluar dari kota, dilempari batu. Saya pribadi percaya, itu adalah aktivitas malaikat itu. Paulus berkata:

“Mengenai hal ini aku memohon kepada Tuhan tiga kali, supaya itu dapat pergi dari padaku.”

Saya bisa memahami hal itu. Saya pikir saya juga akan berdoa dengan doa yang sama. Tetapi Tuhan berkata kepada Paulus:

“Kasih karunia-Ku cukup bagimu, karena kuasa-Ku dijadikan sempurna di dalam kelemahan.”

Betapa pewahyuan yang luar biasa. Kuasa Tuhan hanya tersingkap sepenuhnya dalam kelemahan manusia. Selama manusia punya kekuatannya sendiri, selama manusia punya itu semuanya—dia tahu apa yang harus dilakukan, dia bisa mengendalikan situasi—tidak ada tempat bagi Tuhan. Dan Tuhan tidak mendapatkan kemuliaan. Tetapi ketika kita sudah mencapai batas kekuatan kita sendiri dan hikmat kita sendiri dan kita tidak mempunyai sumber-sumber daya lagi, maka Tuhan dapat melepaskan hikmat-Nya, kekuatan-Nya, melalui kasih karunia-Nya. Jadi Paulus melanjutkan dengan membuat pernyataan yang sulit bagi saya untuk berkata “amin”.

“Oleh karena itu, dengan sangat senang hati aku lebih suka bermegah dalam kelemahan-kelemahanku, supaya kuasa Kristus dapat tinggal di dalamku.”

Saya tidak bertemu banyak orang Kristen saat ini yang membanggakan tentang kelemahan-kelemahan mereka. Saya mendengar banyak pengkhotbah yang membanggakan tentang kuasa mereka, dan karunia-karunia mereka, dan keberhasilan-keberhasilan mereka, dan pencapaian-pencapaian mereka, tetapi sejujurnya, orang-orang yang membanggakan tentang kelemahan-kelemahan mereka cukup sulit ditemukan. Paulus melanjutkan dengan pernyataan yang lebih menakjubkan lagi:

“Oleh karena itu aku puas dengan kelemahan-kelemahan, dengan hinaan-hinaan, dengan kesukaran-kesukaran, dengan penganiayaan-penganiayaan, dengan kesesakan-kesesakan, demi Kristus. Karena ketika aku lemah, maka aku kuat.”

Apakah Anda mau mengatakan itu? Apakah saya mau mengatakan itu? Aku puas dengan kelemahan-kelemahan, dengan hinaan-hinaan, dengan kesukaran-kesukaran, dengan penganiayaan-penganiayaan, dengan kesesakan-kesesakan. Demi Kristus, ingat itu. Itu semua harus demi Kristus. Itu hanya ketika kita ada dalam pelayanan kepada Tuhan dan melakukan segala sesuatunya bagi Dia.

Kemudian Paulus merangkumnya dalam kata-kata sederhana ini, “Ketika aku lemah, maka aku kuat.” Ini adalah pelajaran yang kita semua harus pelajari cepat atau lambat—dan lebih cepat lebih baik jika kita benar-benar ingin mengalami kuasa Tuhan dilepaskan di dalam hidup kita. Dia tidak akan melepaskan itu melalui kekuatan manusia—hanya melalui kelemahan manusia.

Anda lihat, sesungguhnya mengandalkan kekuatan kita sendiri itu mendatangkan kutuk. Ini adalah sebuah pernyataan yang tidak pernah diserap oleh kebanyakan orang Kristen. Tetapi dalam Yeremia 17:5 dikatakan:

“Demikianlah YHVH berfirman: Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, [manusia termasuk diri Anda sendiri], dan yang menempatkan daging sebagai lengan kekuatannya, dan yang hatinya menjauh dari YHVH.”

Anda lihat, Anda tidak bisa bergantung pada kekuatan Anda sendiri dan pada Tuhan pada saat yang bersamaan. Jika Anda bergantung pada kekuatan Anda sendiri, hati Anda telah berpaling dari Tuhan dan Anda berada di bawah kutuk. Kasih karunia dan belas kasihan Tuhan bertujuan untuk menjauhkan kita dari kutuk, dan kadang-kadang Dia harus melakukan hal-hal yang sangat drastis kepada kita untuk melakukan hal tersebut.

Saya merangkum semua ini dalam Efesus 2:8-10 tentang kasih karunia Tuhan. Paulus berkata:

“Karena oleh kasih karunia kamu diselamatkan melalui iman, dan ini bukan dari dirimu sendiri, melainkan pemberian Tuhan, bukan oleh perbuatan-perbuatan, supaya jangan ada seorang pun akan membanggakan diri. Karena kita ini hasil karya-Nya, diciptakan di dalam Kristus Yesus untuk perbuatan-perbuatan baik, yang telah dipersiapkan Tuhan sebelumnya supaya kita berjalan di dalamnya.”

Saya ingin menyingkapkan kebenaran-kebenaran tertentu dari semuanya itu tanpa panjang lebar. Pertama-tama, kasih karunia dimulai ketika kemampuan manusia berakhir. Selama Anda mampu dan Anda dapat melakukannya dari diri Anda sendiri dan dengan kekuatan Anda sendiri, kasih karunia Tuhan tidak akan dilepaskan. Ketika Anda sudah sampai kepada akhir dari kemampuan Anda, itulah awal dari kasih karunia Tuhan.

Kedua, kasih karunia Tuhan diterima hanya oleh iman—kita tidak dapat memperolehnya karena jasa kita.

Ketiga, tidak ada tempat untuk kesombongan. Saya ingin menghitung berapa kali Paulus mengatakan dalam surat-suratnya bahwa tidak seorang pun dapat menyombongkan diri. Anda lihat, musuh besar kasih karunia Tuhan adalah kesombongan kita.

Dan yang terakhir, segala kemuliaan hanya bagi Tuhan, bukan bagi kita. Dan Anda lihat, di situlah Roh Kudus datang. Karena Yesus berkata, “Ketika Roh Kudus datang, Dia [Roh Kudus] akan memuliakan Aku [Yesus]. Dia tidak datang untuk memuliakan kita, Dia tidak datang untuk membuat kita tampak besar atau penting atau terkenal atau pintar atau kuat. Dia datang untuk menyatakan kasih karunia dan kuasa dan hikmat Yesus dalam kelemahan-kelemahan kita.

Jangan Kembali Kepada Peraturan-peraturan!

Minggu lalu dan minggu ini pembahasan saya tentang “Bagaimana Dipimpin oleh Roh Kudus” didasarkan pada ayat Kitab Suci tertentu, Roma 8:14:

“Karena semua orang yang dipimpin Roh Tuhan, mereka ini adalah anak-anak Tuhan.”

Anak-anak di sini adalah dalam artian anak laki-laki yang dewasa, sudah bertumbuh dewasa.

Saya tunjukkan bahwa hanya ada satu cara menuju kedewasaan rohani—Anda menjadi seorang anak, seorang bayi kecil dalam keluarga Tuhan dengan dilahirkan oleh Roh Kudus. Tetapi untuk mencapai kedewasaan Anda harus dipimpin oleh Roh Kudus dan “tense” yang digunakan di sini adalah “continuing presence”, kata kerja terus menerus. Anda harus terus-menerus dipimpin oleh Roh Kudus. Itulah satu-satunya jalan menuju kedewasaan.

Dan saya menunjukkan dua fakta penting tentang Roh Kudus. Pertama-tama, Dia adalah seorang Pribadi. Dia bukan suatu teori teologis, Dia bukan sebuah sistem, Dia bukan seperangkat aturan. Dia adalah seorang Pribadi, Anda harus berhubungan dengan Dia sebagai seorang Pribadi dan kata kuncinya adalah kepekaan.

Dan kemudian saya tunjukkan juga bahwa Dia bukan sekadar seorang Pribadi, tetapi Dia adalah Tuhan. Dia menghendaki penyerahan dan penundukan diri secara total. Penundukan diri yang sama yang kita berikan kepada Elohim Bapa dan Elohim Anak juga harus kita berikan kepada Elohim Roh Kudus.

Dalam pembahasan hari ini, saya ingin memperingatkan Anda mengenai apa yang menjadi hambatan paling umum untuk dipimpin oleh Roh Kudus. Hambatan yang menurut saya paling umum adalah legalisme, legalisme religius. Saya akan memberi Anda dua kemungkinan definisi legalisme sehingga kita memiliki gambaran tentang apa yang saya bicarakan. Mereka terkait tetapi berbeda. Yang pertama adalah berusaha mencapai kebenaran di hadapan Tuhan dengan menjaga seperangkat aturan-aturan. Itu legalisme.

“Kekristenan bukanlah seperangkat aturan-aturan.” Kekristenan pada dasarnya adalah suatu hubungan dengan Pribadi. Pribadi itu adalah Yesus, dan hubungannya adalah dengan Pribadi lain, Roh Kudus.

Kemungkinan definisi legalisme yang kedua adalah: menerapkan syarat-syarat untuk kebenaran yang Tuhan sendiri tidak menerapkan itu. Tuhan telah menetapkan di dalam Alkitab apa yang Dia syaratkan untuk mencapai kebenaran dengan Dia, dan tidak ada seorang pun, tidak ada gereja, tidak ada kelompok, tidak ada seorang pun yang memiliki otoritas untuk menambahkan satu syarat kepada persyaratan-persyaratan Tuhan. Dan untuk menambahkan bahkan satu syarat pun adalah melakukan pelanggaran di area legalisme. Roh Kudus adalah Tuhan dan Dia tidak akan membagi Ketuhanan-Nya dengan seperangkat aturan-aturan. Saya akan mengatakannya lagi karena sebagian besar dari Anda bahkan belum pernah mempertimbangkan hal itu. Roh Kudus adalah Tuhan dan Dia tidak akan membagi Ketuhanan-Nya dengan seperangkat aturan-aturan.

Jadi, sifat manusia adalah sedemikian melalui kejatuhan manusia, sehingga masing-masing dari kita lebih memilih mengandalkan diri sendiri daripada bergantung pada Roh Kudus. Anda lihat, esensi dari kejatuhan dan esensi dosa pada dasarnya bukanlah keinginan untuk berbuat jahat, melainkan keinginan untuk tidak bergantung pada Tuhan. Jadi, ketika kita diperhadapkan kepada sebuah peta atau seorang pembimbing, kita berkata, “Baiklah, berikan petanya kepadaku. Aku cukup pintar. Aku bisa menemukan jalanku.” Memang petanya benar-benar sempurna. Torah, sebagaimana yang diberikan oleh Musa adalah hukum yang sempurna. Jika Anda menjaga keseluruhannya, Anda akan berhasil mencapai tujuan, tetapi tidak ada seorang pun yang pernah menjaga keseluruhannya.

Jadi kita berangkat dengan peta itu, dan kita merasa sangat kuat dan percaya diri dan sehat dan matahari bersinar dan kita melihat jalan di depan kita. Tetapi kira-kira 60 jam kemudian ada yang tidak beres dan hari telah gelap gulita dan hujan turun. Dan kita berada di tepi jurang dan kita tidak tahu apakah kita sedang menghadap utara, selatan, timur atau barat. Kita berkata, “Tolong!” Dan suatu suara lembut berkata, “Ada yang bisa Aku bantu?” Tahukah Anda siapa itu? Roh Kudus.

“Oh, Roh Kudus, aku sangat membutuhkan Engkau. Aku putus asa!”

“Berikan tanganmu kepada-Ku dan Aku akan menuntunmu keluar dari situasi ini.” Dan, tentu saja, Dia melakukannya. Dan kemudian keesokan harinya Anda berjalan di jalan bersama Roh Kudus di sisi Anda, matahari bersinar, burung-burung berkicau, Anda dapat melihat jalan raya dan Anda berpikir, “Wah, sungguh, aku bodoh! Aku bisa keluar dari kekacauan itu tanpa semuanya ini.” Dan Anda berkata kepada Roh Kudus, “Dengar, aku punya peta yang indah ini, apakah Engkau mau?”

Dan Roh Kudus berkata, “Terima kasih, Nak, Aku tidak membutuhkan peta itu. Aku tahu jalannya. Bahkan sebenarnya,” Ia berkata, “Akulah yang pertama kali membuat peta itu.”

Nah, setelah beberapa saat Anda berpikir, “Aku hanya tidak suka jika Pribadi ini selalu membimbing aku dengan menggandeng tanganku sepanjang jalan. Aku jadi kelihatan bodoh.” Jadi Anda berpikir di dalam diri Anda, “Yah, aku bisa saja berhasil. Aku bisa memakai peta ini.” Dan saat Anda memikirkan hal itu, sang pembimbing ini telah menghilang dan Dia tidak dapat ditemukan. Jadi, pergilah Anda lagi dengan peta dan 60 jam kemudian Anda berada di tengah rawa. Dan setiap langkah yang Anda ambil, Anda tenggelam lebih dalam dan Anda tahu bahwa tidak akan lama lagi Anda tidak akan dapat melangkah lagi. Dan Anda berkata, “Tolong!”

Dan Roh Kudus berkata, “Ada yang bisa Aku bantu? Berikan tanganmu kepada-Ku, Aku akan menuntunmu keluar.”

Pertanyaan saya adalah: Berapa lama kita harus berjalan seperti itu? Berapa lama kita harus terus menolak Roh Kudus dan kembali ke peta, yang kita tidak mampu menggunakannya dengan benar? Itu bukan berarti ada yang salah dengan petanya, masalahnya ada pada kita, bukan pada petanya. Anda lihat, Perjanjian Baru terus-menerus memperingatkan kita supaya tidak berusaha mencapai kebenaran dengan menjaga Torah. Roma 3:20:

“Karena itu, oleh perbuatan-perbuatan Torah tidak seorang pun akan dibenarkan di mata-Nya [Tuhan]; karena melalui Torah datanglah pengetahuan akan dosa.”

Tuhan berfirman dengan tegas, tidak ada manusia yang akan pernah mencapai kebenaran di mata-Ku dengan berjuang untuk menjaga Torah. Anda berkata, “Lalu mengapa Torah diberikan?” Salah satu alasan utamanya adalah Torah diberikan tidak untuk membuat kita benar, tetapi untuk menunjukkan kepada kita bahwa kita adalah orang-orang berdosa, dan kita membutuhkan kasih karunia Tuhan dan pertolongan Roh Kudus.

Kemudian Roma 6:14:

“Karena dosa tidak akan berkuasa atas kamu, karena kamu tidak berada di bawah Torah, tetapi di bawah kasih karunia.”

Perhatikan implikasinya. Jika Anda berada di bawah Torah, dosa akan berkuasa atas Anda. Jika Anda ingin bebas dari dosa, Anda tidak bisa berada di bawah Torah, Anda harus berada di bawah kasih karunia, dan keduanya itu sama-sama eksklusif. Entah Anda berada di bawah Torah, atau Anda berada di bawah kasih karunia, tetapi Anda tidak bisa berada di bawah keduanya.

Dan dalam Galatia 5:18 Paulus berkata:

“Tetapi jika kamu dipimpin oleh Roh, kamu tidak berada di bawah Torah.”

Dan ingat, dipimpin oleh Roh adalah satu-satunya jalan menuju kedewasaan. Jadi, jika Anda ingin mencapai kedewasaan, Anda tidak bisa melakukan itu dengan berusaha menjaga Torah.

Jadi, peraturan-peraturan mempunyai tempat dalam kehidupan. Itu sangat jelas. Bagaimana kita berhubungan dengan mereka? Saya akan menawarkan pemikiran sederhana ini kepada Anda. Jika peraturan-peraturannya adalah kitab suci dan jika Anda telah dijadikan benar oleh iman, itu akan memampukan Anda untuk menjaga peraturan-peraturan itu. Tetapi Anda tidak mencapai kebenaran dengan melakukan itu. Kasih karunia tidak akan bercampur dengan Torah. Paulus menggunakan sebuah gambaran dalam surat Galatia. Dia berbicara tentang dua putra Abraham: satu dari seorang budak perempuan, Ishmael; satu dari seorang perempuan merdeka, Sarah, yang bernama Ishak. Dan dia berkata ketika Ishak datang, Ishmael dan ibunya, Hagar, harus pergi. Pesan Kitab Suci dalam Galatia 4:30 adalah:

“Usirlah hamba perempuan itu dan anak laki-lakinya, karena anak laki-laki dari hamba perempuan itu tidak akan pernah menjadi ahli waris bersama dengan anak laki-laki dari perempuan merdeka.”

Jadi itulah alternatifnya, dan Anda lihat keduanya saling eksklusif. Jika Anda menginginkan Ishmael, Torah, kemampuan kedagingan Anda, tidak ada tempat bagi Ishak dan kasih karunia Tuhan. Jika Anda menginginkan kasih karunia Tuhan, tidak ada tempat bagi Torah sebagai sarana untuk mencapai kebenaran. Anda lihat, ini adalah kesalahan jemaat Galatia. Mereka telah mengenal Yesus Kristus, mereka telah menerima Roh Kudus, mereka telah mengalami mujizat-mujizat, tetapi Paulus berkata kepada mereka dalam Galatia 3:1 dan selanjutnya:

“Hai, orang-orang Galatia yang bodoh, siapakah yang telah menyihir kamu sehingga kamu tidak mentaati kebenaran, yang di depan matamu Yesus Kristus dengan jelas digambarkan di antara kamu sebagai yang disalibkan? [Kemudian dia berkata] Hanya ini satu-satunya hal yang ingin aku pelajari dari kamu: Apakah kamu menerima Roh melalui perbuatan-perbuatan Torah, atau melalui pendengaran akan iman? Apakah kamu begitu bodoh? Telah memulainya di dalam Roh, apakah kamu sekarang dijadikan sempurna oleh daging?”

Saya ingin memberi tahu Anda, sejujurnya, tentang masalah yang paling umum di gereja. Orang-orang memulai dengan Roh. Mereka mendapat pewahyuan dan pengalaman akan kasih karunia dan kuasa Tuhan melalui Roh Kudus dan kemudian mereka kembali ke peta. Mereka tidak mau terus mengandalkan Roh Kudus. Paulus menunjukkan bahwa kembali kepada Torah membawa kutuk. Dia berkata dalam Galatia 3:10:

“Karena sebanyak [orang] yang dari perbuatan-perbuatan Torah, mereka berada di bawah kutuk…”

Saya percaya banyak orang-orang Kristen, individu-individu, denominasi-denominasi, gereja, berada di bawah kutuk. Mereka telah kehilangan berkat-berkat Tuhan karena mereka tidak menghormati Roh Kudus dan kembali kepada melakukan usaha-usaha mereka sendiri.

Kemudian kita kembali lagi pada perkataan Yeremia, Yeremia 17:5, karena itulah firman Tuhan melalui Yeremia.

Demikianlah YHVH berfirman, “Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, dan yang menempatkan daging sebagai lengan kekuatannya, dan hatinya berpaling dari YHVH.”

Anda lihat, hanya ada dua alternatif, tetapi keduanya sama-sama eksklusif. Kita bisa mencoba mencari jalan melalui peta, atau kita bisa dipimpin oleh sang pembimbing, Roh Kudus. Tetapi Roh Kudus, sebagai Tuhan, sebagai Elohim, tidak akan membagi Ketuhanan-Nya dengan peta itu. Dialah yang memberikan peta itu. Dia mengetahui petanya jauh, jauh lebih baik daripada kita semua. Dia memahami semua motivasi dan penalaran akan peta itu, tetapi jika Anda ingin bertumbuh menjadi dewasa, satu-satunya jalan adalah dipimpin oleh Roh Kudus.

Jika Anda ingin dipimpin oleh Roh Kudus, Anda tidak berada di bawah sistem hukum. Anda tidak dapat mencapainya dengan menjaga seperangkat aturan-aturan apa pun. Banyak gereja Kristen saat ini yang mengatakan bahwa kita tidak berada di bawah Torah Musa, tetapi mereka telah membuat seperangkat aturan-aturan mereka sendiri. Bahkan, hampir setiap denominasi mempunyai hukum kecilnya sendiri. Saya ingin memberitahu Anda, jika Torah Musa yang diberikan oleh Elohim tidak dapat melakukan hal tersebut, maka tidak ada hukum denominasi religius yang dapat melakukan hal tersebut. Tidak ada harapan untuk mencapai kedewasaan dengan jalan seperti itu. Anda perlu bertobat jika Anda berada dalam kondisi tersebut dan kembalilah kepada Roh Kudus.

Menyatu Dengan Kristus

Hari ini saya akan melanjutkan dan menyelesaikan tema yang telah kita mulai selama dua minggu terakhir, “Bagaimana Dipimpin oleh Roh Kudus.” Saya yakin apa yang sudah kita pelajari selama ini bermanfaat dan memberi inspirasi untuk pertumbuhan rohani.

Dalam pembahasan kemarin, saya memperingatkan Anda mengenai apa yang saya yakini sebagai hambatan paling umum untuk dipimpin oleh Roh Kudus dan itu disebut legalisme. Ada dua definisi legalisme. Yang pertama adalah berusaha mencapai kebenaran di hadapan Tuhan dengan menjaga Torah atau seperangkat aturan-aturan. Yang kedua adalah menerapkan syarat-syarat untuk kebenaran yang Tuhan sendiri tidak menerapkan itu. Penyakit ini telah menjangkiti sebagian besar gereja yang mengaku Kristen saat ini. Anda lihat, Yeremia 17:5 berisi peringatan yang merangkum semuanya dalam beberapa kata:

Demikianlah YHVH berfirman, “Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, dan yang menempatkan daging sebagai lengan kekuatannya, dan hatinya berpaling dari YHVH.”

Ketika kita kembali kepada sebuah sistem peraturan-peraturan atau Torah untuk mencapai kebenaran, kita sedang mengandalkan manusia, kita mengandalkan kekuatan daging kita sendiri dan hati kita telah berpaling dari Tuhan, dan itu membawa kita ke bawah kutuk. Ini merupakan pemikiran yang mengejutkan bagi banyak orang Kristen. Tetapi hal ini sangat relevan dengan situasi di gereja saat ini. Memang gereja mempunyai banyak masalah, tetapi masalah terbesar dan paling umum adalah legalisme.

Sekarang kita akan belajar tentang alternatif positif yang dimungkinkan melalui Roh Kudus, dan alternatif positif terhadap legalisme adalah penyatuan pribadi secara langsung dengan Kristus. Ini adalah pelayanan Roh Kudus, yang merupakan pelayanan tunggal terbesar-Nya, tetapi salah satu yang sangat sedikit dibicarakan dalam gereja masa kini. Dalam Roma 7:1-6 Paulus melukiskan gambaran alternatifnya: penyatuan dengan sifat kedagingan kita di bawah Torah, yang membawa kematian; atau dibebaskan dari sifat kedagingan kita melalui kematian Yesus di kayu salib demi kita, dan dipersatukan melalui Roh Kudus dengan Kristus yang telah bangkit. Inilah dua alternatifnya. Alternatif pertama adalah legalisme, alternatif yang kedua adalah tujuan Tuhan bagi setiap orang yang percaya di dalam Kristus. Itu adalah penyatuan spritual secara pribadi dengan Tuhan Yesus melalui Roh Kudus. Kita akan membaca kata-kata Paulus dan kemudian mempelajarinya.

“Atau tidak tahukah kamu, saudara-saudara [karena aku berbicara kepada mereka yang mengetahui Torah], bahwa Torah [hukum] berkuasa atas seseorang selama dia hidup? [Sekali Anda berada di bawah Torah, satu-satunya jalan keluar dari Torah adalah kematian.] Sebab perempuan yang menikah terikat oleh hukum kepada suaminya selama suaminya masih hidup: tetapi jika suaminya meninggal, ia terbebaskan dari hukum terhadap suaminya. Jadi, jika selama suaminya masih hidup, ia menjadi milik laki-laki lain [dalam pernikahan], maka ia akan disebut pezinah; tetapi jika suaminya meninggal, maka ia bebas dari hukum, sehingga ia bukanlah pezinah, meskipun ia menjadi milik laki-laki lain. Karena itu, saudara-saudaraku, kamu juga telah dibuat mati terhadap Torah melalui tubuh Kristus, supaya kamu dapat menjadi milik yang lain [dalam ikatan pernikahan], kepada Dia yang telah dibangkitkan dari kematian [yaitu Tuhan Yesus], supaya kita dapat menghasilkan buah untuk Tuhan. Karena selama kita masih ada di dalam daging, hasrat-hasrat dosa yang melalui [dibangkitkan oleh] Torah, sedang bekerja di dalam anggota-anggota tubuh kita untuk menghasilkan buah untuk kematian.”

Ini pernyataan yang luar biasa, bukan? Hasrat-hasrat dosa yang [dibangkitkan] oleh Torah. Bagaimana itu bisa terjadi? Jawabannya adalah, ketika kita mengandalkan kemampuan daging kita sendiri untuk menjaga Torah, kita ada di bawah kuasa sifat kedagingan kita, dan sifat kedagingan kita tidak mampu menghasilkan apa pun yang baik. Tidak ada hal baik apa pun yang bisa dihasilkan dari sifat kedagingan kita. Paulus berkata, “Aku tahu, bahwa di dalam diriku [yaitu, di dalam dagingku] tidak ada hal yang baik.” Satu-satunya masalah yang ada pada kebanyakan dari kita bukanlah karena kita berbeda dari Paulus, tetapi kita tidak mengetahui apa yang Paulus ketahui. Karena dia tahu dia tidak dapat menghasilkan apa pun yang baik dari sifat kedagingannya. Kemudian Paulus menyimpulkan bagian ini dalam Roma 7 ayat 6 dengan mengatakan:

“Tetapi sekarang kita telah dibebaskan dari Torah, dengan mati terhadap apa yang dahulu mengikat kita, supaya kita melayani dalam keadaan baru oleh Roh dan bukan dalam keusangan tulisan [Torah].”

Anda memahami gambaran yang Paulus gunakan, gambaran tentang pernikahan. Paulus mengatakan ketika seorang perempuan menikah dengan seorang laki-laki, dia harus tetap menjadi istri laki-laki itu selama laki-laki itu hidup. Jika dia meninggalkan laki-laki itu selama laki-laki itu masih hidup, maka perempuan itu menjadi pezinah. Namun Paulus berkata, jika suaminya meninggal, maka dia bebas untuk menikah dengan laki-laki lain. Dia tidak memiliki stigma sebagai seorang pezinah.

Dan inilah cara Paulus menjelaskannya. Di bawah Torah, kita menikah dengan sifat kedagingan kita, kita dipaksa untuk mengandalkan kemampuan daging kita sendiri untuk melakukan apa yang menjadi tuntutan-tuntutan Tuhan. Perhatikan baik-baik: Tidak ada yang salah dengan Torah, namun masalahnya adalah, seperti yang berulang kali Paulus tunjukkan, ada dalam sifat kedagingan kita. Kita bisa mendengarkan Torah, kita bisa memberikan persetujuan kepada Torah, tapi kita tidak mempunyai kuasa untuk melaksanakannya, karena ada sesuatu di dalam diri kita masing-masing, sifat pemberontak, yang dibuat semakin memberontak oleh Torah.

Paulus berkata sedikit lebih jauh dalam Roma 7:7, “Aku tidak mengenal ketamakan [hasrat] hingga Torah mengatakan, Jangan mengingini! [menghasratkan], sebab hal itu menghasilkan segala macam ketamakan [hasrat] di dalam diriku.” Itu adalah reaksi pemberontakan dari sifat kedagingan kita. Namun selama sifat kedagingan kita masih terus hidup, kita tidak bisa menikah dengan orang lain—kita terikat kepada sifat kedagingan itu selama sifat kedagingan itu masih hidup.

Tetapi berita Injil adalah: Sifat kedagingan kita, manusia lama kita, telah disalibkan di dalam Kristus di kayu salib, dan kita harus memperhitungkan diri kita sudah mati terhadap sifat kedagingan itu. Kita harus memperhitungkan itu mati. Paulus berkata, “Kamu telah dibuat mati terhadap Torah.” Jadi, ketika kita melihat bahwa sifat kedagingan kita telah dibuat mati [dibunuh] di dalam Yesus di kayu salib, kita bebas untuk masuk ke dalam pernikahan baru. Jika sifat kedagingan kita masih hidup dan kita sedang menikah dengannya, jika kita berpaling dari padanya dan berusaha menikahi yang lain, kita akan berada dalam posisi sebagai pezinah. Tetapi, sekali kita memahami fakta bahwa melalui kematian Yesus di kayu salib sifat kedagingan telah dihukum mati, maka kita tidak lagi terikat kepadanya. Sehingga kita bisa menikah kepada yang lain.

Dan satu kali sifat kedagingan itu dihukum mati, kita dibebaskan dari kewajiban-kewajiban kepada Torah. Paulus berkata bahwa hukum [Torah] mempunyai yurisdiksi [kuasa hukum, hak mengadili] atas seseorang selama dia masih hidup. Hal terakhir yang bisa dilakukan Torah kepada siapa pun adalah menghukum mati Anda. Satu kali Torah menghukum mati Anda, Anda tidak lagi berada di bawah Torah. Jadi, melalui kematian Yesus demi kita, sebagai perwakilan kita, kita telah dihukum mati dan dibebaskan dari tuntutan-tuntutan Torah. Sekarang kita bebas untuk menikah kepada yang lain. Kepada siapa? Kepada Dia yang bangkit dari kematian. Bagaimana kita bisa bersatu dalam hubungan pernikahan kita kepada Dia? Bukan melalui Torah, tetapi melalui Roh. Saya percaya, ini adalah kontribusi tunggal terbesar Roh Kudus kepada kehidupan spiritual kita, yaitu memungkinkan kita dipersatukan dalam semacam ikatan pernikahan dengan Kristus yang telah bangkit.

Dengan siapa kita menikah, kita akan melahirkan buah dari penyatuan tersebut. Jika kita masih menikah dengan daging, kita akan menghasilkan apa yang Paulus sebut sebagai “perbuatan-perbuatan daging.” Dan Paulus menuliskan daftar kedagingan ini dalam Galatia 5:19-21.

“Tetapi perbuatan-perbuatan daging itu nyata, yaitu: perzinahan, percabulan, kenajisan, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, permusuhan, perbantahan, iri hati, amarah, persaingan, perselisihan, sekte-sekte, kedengkian, pembunuhan, kemabukan, pesta pora, dan sebagainya…”

Tidak ada satu pun hal bagus dalam daftar itu. Daging itu korup, rusak. Apa pun yang dihasilkannya adalah korup, kerusakan. Itu jahat, itu buruk, tidak dapat diterima di hadapan Tuhan. Selama kita menikah dengan daging, betapa pun kerasnya kita berusaha untuk berbuat baik, kita akan menghasilkan buah persatuan dengan daging. Namun satu kali kita dibebaskan dari persatuan itu, dan satu kali kita menikah dengan Tuhan Yesus melalui Roh Kudus, maka kita akan menghasilkan buah yang bersesuaian dari penyatuan itu. Dan dalam Galatia 5:22-23 Paulus berbicara tentang jenis buah ini:

“Tetapi buah Roh [huruf besar, Roh Kudus] adalah kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, pengendalian diri: tidak ada Torah [hukum] yang menentang hal-hal semacam itu.”

Ketika Anda menghasilkan buah semacam itu dari penyatuan Anda dengan Kristus yang telah bangkit, Anda tidak butuh untuk dikendalikan atau diatur oleh Torah, karena tidak ada Torah [hukum] yang melarang buah Roh.

Sebagai penutup, inilah gambaran tentang penyatuan yang dibicarakan dalam Perjanjian Baru. Dalam 1 Korintus 6:16-17 Paulus menghubungkan dua hal yang nampaknya sangat mengejutkan. Dia berkata:

“Atau tidak tahukah kamu, bahwa orang yang menghubungkan dirinya kepada pelacur, menjadi satu tubuh dengan dia [pelacur itu]? Sebab Dia berfirman, Keduanya akan menjadi satu daging. Tetapi siapa yang menghubungkan dirinya kepada Tuhan, menjadi satu roh dengan Dia.”

Ini adalah persamaan paralel yang sangat menakjubkan yang Paulus gunakan, baik di dalam daging maupun di dalam roh. Secara daging ia berbicara tentang seorang laki-laki yang dipersatukan oleh hubungan seksual amoral dengan seorang pelacur. Dan dia berkata, mereka menjadi satu daging, satu tubuh. Namun dalam konteks yang sama ia berbicara tentang dipersatukan dengan Tuhan Yesus dan menjadi satu roh. Apakah Anda mengerti? Ada dua jenis penyatuan. Ada penyatuan daging, dan ada penyatuan spiritual [roh]. Apa yang dilakukan Roh Kudus adalah memampukan kita untuk dipersatukan di dalam roh dengan Tuhan Yesus, dan satu kali kita dipersatukan dengan Dia, kita akan secara alami, bukan dengan jerih payah, akan menghasilkan buah Roh.

Anda lihat, pertanyaannya bukan jerih payah kita, pertanyaannya adalah dengan siapakah kita dipersatukan? Jerih payah tidak akan berhasil. Penyatuan adalah satu-satunya jawaban. Dan saya percaya bahwa penyatuan khusus dengan Tuhan ini diwujudkan dalam satu cara, melalui penyembahan. Tuhan adalah Roh, dan mereka yang menyembah Dia harus menyembah Dia dalam Roh dan dalam kebenaran. Puncak penyatuan kita dengan Yesus melalui Roh di dalam masa “dispensasi” ini terjadi dalam penyembahan. Ketika kita menjadi menyatu secara total dengan Tuhan dalam penyembahan, sesuatu terjadi di dalam diri kita yang akan melepaskan seluruh kasih karunia dan buah Roh Kudus.

Jadi ingatlah dua alternatif itu. Dipersatukan dengan daging Anda melalui Torah, atau dipersatukan oleh Roh Kudus dengan Kristus yang bangkit.