Beberapa masalah yang muncul di gereja pada umumnya adalah bahwa gereja masa kini mempunyai begitu banyak barang di etalasenya, sehingga orang-orang tidak dapat melihat salib. Gereja mempunyai begitu banyak barang di etalasenya saat ini sehingga orang-orang kehilangan pandangan terhadap salib. Ada begitu banyak hal yang hari ini disampaikan kepada gereja, seperti pengajaran tentang kesembuhan, pelepasan, kemakmuran, bagaimana menjadi seorang ayah, bagaimana menjadi seorang suami, bagaimana melakukan segala macam hal. Sama sekali bukan mengkritik pengajaran seperti itu karena, pada kenyataannya, semuanya itu perlu diajarkan. Tapi tahukah Anda, tidak ada satupun dari padanya yang berhasil tanpa salib. Salib adalah satu-satunya sumber kasih karunia dan kuasa untuk membuat semua pengajaran lainnya berhasil. Jika kita tidak menempatkan salib sebagai pusatnya, maka kita mempunyai banyak prinsip, etika, dan aturan-aturan bagus yang tidak dapat kita hidupi. Yang biasa terjadi di gereja adalah ketika kita menyadari bahwa kita tidak dapat menghidupi standar-standar tersebut, maka kita perlahan-lahan menurunkan standar-standar tersebut kepada standar-standar kita sendiri. Tetapi itu bukanlah standar-standar Perjanjian Baru.

Kebodohan Salib Menyelamatkan Aku

Untuk masuk kepada topik ini kita akan membaca beberapa perkataan rasul Paulus dalam 1 Korintus 2:1-5. Dua pasal pertama dari 1 Korintus, di dalamnya pada dasarnya Paulus membahas perbedaan antara hikmat dunia ini dan berita salib. Ketika dia berbicara tentang hikmat, yang dia pikirkan utamanya adalah filsafat pada zamannya, yaitu filsafat Yunani. Lalu, filsafat dan hikmat manusia secara umum.

Paulus mempunyai pemahaman yang sangat mendalam tentang filsafat Yunani. Faktanya, dia adalah orang yang berpendidikan tinggi karena dia juga sangat terdidik dalam ajaran Yudaisme pada zamannya.

Namun di sini, di ayat-ayat yang akan kita baca ini, dia membuat pernyataan yang sangat mencengangkan. Dia berkata, “Aku berketetapan untuk tidak mengetahui apa pun…” Ini adalah pernyataan yang tidak biasa bagi semua orang. Namun bagi orang Yahudi, hal ini sungguh menakjubkan. Karena ada satu hal yang begitu dihargai oleh orang-orang Yahudi selama berabad-abad, itu adalah pengetahuan. Dan jika ada orang Yahudi berpendidikan tinggi yang mengatakan bahwa aku bertekad untuk tidak mengetahui apa pun…, Anda harus bertanya pada diri sendiri apa yang membuat orang tersebut mengambil keputusan seperti itu.

Kita akan membaca kata-katanya sekarang. 1 Korintus 2:1–5.

“Dan aku, saudara-saudara, ketika aku datang kepadamu [yaitu jemaat di Korintus], aku tidak datang dengan keunggulan kata-kata atau hikmat, memberitakan kepadamu kesaksian Tuhan. Karena aku berketetapan untuk tidak mengetahui apa pun di antara kamu, kecuali Yesus Kristus, dan Dia yang disalibkan. Aku ada bersama kamu dalam kelemahan, dan dalam ketakutan, dan dengan sangat gemetar. Dan perkataanku serta pemberitaanku tidak dengan kata-kata hikmat manusia yang meyakinkan, tetapi dalam demonstrasi Roh dan kuasa, supaya imanmu tidak berada di dalam hikmat manusia, tetapi di dalam kuasa Tuhan.”

Kita perlu melihat latar belakang sejarah pada hal ini. Jika kita membuka kitab Kisah Para Rasul, kita akan menemukan bahwa pelayanan Paulus di Korintus dijelaskan dalam Kisah Para Rasul 18. Namun dalam pasal sebelumnya, pasal 17, kita memiliki catatan pelayanan Paulus di Athena. Nah, Athena adalah kota universitas dunia pada saat itu. Itu adalah pusat filsafat dan hikmat manusia, sumber dari apa yang kita sebut humanisme. Paulus, waktu itu, menyesuaikan diri dengan pendengarnya. Dia berbicara kepada kalangan tingkat atas dari kehidupan intelektual dan sosial Athena dan dia berbicara dalam istilah-istilah filsafat. Dia bahkan mengutip sebuah syair Yunani. Pada akhirnya, hasilnya sangat minim. Dikatakan bahwa hanya sedikit orang yang percaya.

Saya tidak tahu apakah Paulus benar atau salah mengenai pesannya, tetapi kemudian dia melanjutkan perjalanan dari Athena ke Korintus yang merupakan kota pelabuhan besar, dan tipikal kota pelabuhan yang penuh dengan segala macam kejahatan, pelacuran, homoseksualitas, amoralitas dan pemerasan dalam segala jenisnya. Sementara itu, di suatu tempat antara Athena dan Korintus, dia membuat keputusan ini. “Saat aku tiba di Korintus, aku akan melupakan segala sesuatu yang aku ketahui, kecuali Yesus Kristus, dan Dia yang disalibkan.”

Hasil yang di Korintus sungguh luar biasa, seluruh kota terguncang. Seluruh kota terkena dampak dari berita-berita Injil, dan para sejarawan memperkirakan bahwa pada awalnya mungkin terdapat 25.000 orang percaya di kota Korintus. Berbeda sekali dengan respon dan hasil di Athena. Apa yang membuat perbedaan? Beritanya. Yesus Kristus yang disalibkan.

Kembali sejenak ke 1 Korintus 1:18 dan seterusnya.

“Karena berita tentang salib adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa, tetapi bagi kita yang diselamatkan, itu adalah kuasa Tuhan. Karena ada tertulis [dan ini dikutip dari Perjanjian Lama], ‘AKU AKAN MENGHANCURKAN HIKMAT ORANG-ORANG BERHIKMAT, DAN MELENYAPKAN PENGERTIAN ORANG-ORANG YANG BERPENGERTIAN.’ Di manakah orang berhikmat? Dimanakah ahli kitab? Di manakah ahli debat zaman ini? Bukankah Tuhan membuat bodoh hikmat dunia ini? Sebab karena dalam hikmat Tuhan, dunia melalui hikmat tidak mengenal Tuhan, hal itu menyenangkan Tuhan melalui kebodohan berita yang diberitakan untuk menyelamatkan orang-orang yang percaya.”

Dalam hikmat Tuhan, melalui hikmat saya tidak pernah sampai untuk mengenal Tuhan. Namun ketika saya mendengar betapa bodohnya pesan yang diberitakan dan menanggapi berita itu, saya diselamatkan. Itu menyelamatkan saya. Tidak segera, namun hal itu merupakan pengungkit yang membuka pintu hati saya terhadap berita keselamatan.

Arti Salib

Berikut ini sejumlah alasan mengapa kita membutuhkan salib berada di tengah-tengah sebagai pusat, mengapa tidak boleh ada hal lain apa pun yang kita ijinkan untuk menggantikan salib dalam gereja pada umumnya, dan dalam kehidupan kita pada khususnya. Berikut ini enam aspek salib.

Pertama-tama untuk kepentingan sebagian orang yang bingung, apa yang dimaksud dengan salib. Bagi orang-orang dengan latar belakang tertentu, salib adalah sepotong kayu atau logam yang digantung di lehernya atau ditempel di dinding gereja. Ini sama sekali bukan mengkritik hal itu, itu sepenuhnya dapat diterima. Namun ketika kita berbicara tentang salib, bukan itu yang sedang kita bicarakan. Ketika berbicara tentang salib, yang dimaksudkan adalah kurban yang dilakukan diri Yesus di atas kayu salib, kurban kematian-Nya, dan segala sesuatu pencapaiannya bagi kita. Namun daripada menggunakan semua frasa tersebut berulang-ulang, kita menyingkatnya menjadi frasa “salib.”

Aspek pertama dari salib yang perlu Anda pahami adalah bahwa salib mewakili satu kurban sempurna dan cukup dalam segala aspek. Hal ini dinyatakan dalam Ibrani 10:14.

“Sebab oleh satu kurban saja Dia [yaitu Yesus atau Tuhan] telah menyempurnakan selama-lamanya mereka yang sedang dikuduskan.”

Yang penulis sedang sampaikan adalah bahwa oleh kurban kematian-Nya di kayu salib Yesus telah membuat penyediaan total, sempurna dan berkecukupan dalam segala aspek, untuk setiap kebutuhan dari tiap-tiap umat manusia pada waktu kapan pun dan di mana pun untuk selama-lamanya. Dia tidak perlu melakukan itu lagi. Jika Anda membaca ayat-ayat sebelumnya penulis sedang mengontraskan para imam Perjanjian Lama dengan Yesus sebagai imam yang mempersembahkan diri-Nya sendiri sebagai kurban. Dan dia berkata tentang para imam Perjanjian Lama mereka tidak pernah duduk. Mereka selalu senantiasa tetap berdiri karena tugas mereka tidak pernah selesai. Mereka bisa mempersembahkan kurban dalam jumlah berapa pun, tetapi kurban lain selalu akan dibutuhkan lagi. Tetapi kemudian dia berkata tentang Yesus:

“Tetapi Dia, sesudah Dia mempersembahkan satu kurban untuk dosa-dosa selamanya, duduk di sebelah kanan Tuhan.”

Mengapa Dia duduk? Karena Dia tidak akan pernah harus melakukan itu lagi. Oleh satu kurban Dia telah memberikan penyediaan total yang sempurna untuk setiap kebutuhan dari setiap umat manusia.

Sifat kurban ini secara profetik dijelaskan 700 tahun sebelum itu terjadi dalam nabi Yesaya, pasal 53, gambaran besar tentang penebusan Yesus. Meskipun Yesus tidak disebutkan nama-Nya, Dia adalah satu-satunya yang menjawab gambaran ini. Dalam ayat 6 Yesaya berkata:

“Kita semua sesat seperti domba, kita masing-masing telah mengambil jalannya sendiri; dan YHVH telah menimpakan kepadanya [yaitu pada Yesus] kejahatan kita semua.”

Itu adalah masalah keseluruhan umat manusia. Itu adalah satu hal yang kita semua memiliki kesamaan. Kita mungkin orang Indonesia, Eropa atau Amerika, Rusia atau Asia atau Afrika, Yahudi atau Arab, tidak ada bedanya. Pernyataan ini berlaku bagi kita semua, kita semua seperti domba yang sesat, kita masing-masing mengambil jalannya sendiri. Kita telah berpaling dan memunggungi Tuhan, dan berpaling dari tuntutan-tuntutan-Nya dan mengambil jalan kita sendiri-sendiri. Alkitab di sini menyebut hal itu sebagai kejahatan. Ini adalah kata Ibrani yang sangat kuat, עָוֹן `avon. Menurut saya, terjemahan modern yang paling baik adalah pemberontakan. Tuhan harus bertindak untuk melakukan kepada Yesus atas pemberontakan seluruh umat manusia.

Namun kata yang diterjemahkan pemberontakan juga berarti akibat-akibat buruk dan hukuman atas pemberontakan. Dan itulah sebabnya mengapa ini adalah kurban yang sempurna. Sebab, Tuhan menimpakan ke atas Yesus pemberontakan kita semua, segala akibat-akibat buruknya dan segala penghakiman yang seharusnya karenanya. Dalam bahasa yang sangat sederhana, kebenarannya adalah ini: Segala keburukan yang layak kita terima oleh karena keadilan, telah datang menimpa Yesus, supaya segala kebaikan yang layak oleh karena ketaatan Anak Tuhan yang tidak berdosa, dapat tersedia bagi kita. Sangat, sangat sederhana, segala yang buruk menimpa Yesus agar segala yang baik dapat tersedia bagi kita. Itu adalah segala yang perlu Yesus lakukan. Dia melakukan itu semua oleh satu kurban.

Dalam Yesaya 53:10 nabi membawa gambaran ini satu langkah lebih jauh dan berkata:

“Dan YHVH suka untuk meremukkan Dia [Yesus], Dia [YHVH] membuat-Nya [Yesus] sakit. Ketika Dia [Yesus] menempatkan jiwa-Nya sebagai persembahan penebus salah, Dia [Yesus] akan melihat benih-Nya, Dia [Yesus] akan memperpanjang hari-hari, dan dalam tangan-Nya [Yesus] keinginan YHVH akan berhasil.”

Di sana, secara peristiwa, terdapat nubuat yang jelas tentang kebangkitan Yesus. Sebab pada ayat-ayat sebelumnya telah disebutkan bahwa nyawa-Nya telah diambil dari pada-Nya. Jadi ketika dikatakan “Dia akan melihat benih-Nya, dan Dia akan memperpanjang hari-hari-Nya”, hal itu tidak mungkin terjadi tanpa kebangkitan-Nya. Namun di sana dikatakan bahwa Tuhan menjadikan jiwa Yesus sebagai persembahan/kurban dosa atau persembahan/kurban salah bagi seluruh umat manusia. Ini adalah sesuatu yang tidak dapat dipahami oleh pikiran manusia kita yang terbatas. Bahwa ketika Yesus disalib, saya pribadi percaya, penyakit dan rasa sakit kita ditimpakan ke atas tubuh-Nya. Namun dosa kita menimpa atas jiwa-Nya. Dan jiwa-Nya yang benar-benar kudus sempurna dijadikan dosa dengan keberdosaan kita. Dan dengan kurban itu Dia menyingkirkan dosa kita.

Salib Yesus Pusat Hidupku

Lihat, keseluruhan Alkitab mempunyai satu pesan yang konsisten. Hanya ada satu penyembuh untuk dosa, — yaitu kurban. Dan setiap kurban dalam Perjanjian Lama secara profetik menanti-nantikan kurban Yesus di kayu salib. Namun dengan satu kurban itu, Dia menghapus dosa selamanya. Sungguh, sangat penting dalam konteks ini untuk mempelajari surat Ibrani. Penulis kitab Ibrani mengatakan tentang kurban-kurban dalam Perjanjian Lama, dalam kurban-kurban itu ada pengingat yang dibuat setiap tahun akan dosa-dosa. Tetapi kurban-kurban itu tidak bisa menghapus dosa. Ambil contoh, kurban utama umat Israel, kurban pada Hari Pendamaian: Yom Kippur, Hari Penutupan Pendamaian. Kurban itu hanya berlaku selama satu tahun. Ia tidak menghapus dosa, ia hanya menutupi dosa. Itu menutupi dosa untuk tahun itu sampai tiba waktunya kurban tahun berikutnya. Dalam artian tertentu, itu adalah pengingat akan dosa. Setiap tahun mereka diingatkan bahwa Anda harus berurusan dengan masalah dosa. Mereka hanya bisa berurusan dengan dosa untuk satu tahun.

Namun kemudian penulis kitab Ibrani berkata bahwa Yesus menghapus dosa melalui kurban diri-Nya sendiri. Oleh karena itu, tidak diperlukan lagi kurban untuk dosa. Paulus menjelaskan ini dalam 2 Korintus 5:21. Banyak orang Kristen yang membaca ayat tersebut dalam Perjanjian Baru tidak akan langsung mengerti bahwa Paulus mengutip Yesaya 53:10. Anda hanya akan memahaminya ketika Anda menyadari bahwa menurut hukum kurban-kurban Perjanjian Lama, hewan yang dikurbankan diidentikkan dengan dosa orang yang mengurbankannya. Jadi, ketika Yesus dikurbankan di kayu salib, Dia diidentikkan dengan dosa kita. Dan Paulus mengungkapkannya seperti ini dalam 2 Korintus 5:21:

“Sebab Tuhan menjadikan Dia yang tidak mengenal dosa menjadi dosa bagi kita, supaya kita dapat menjadi kebenaran Tuhan di dalam Dia.”

Anda melihat pertukaran yang sangat sederhana namun sangat mendalam. Tuhan membuat Yesus menjadi dosa dengan keberdosaan kita, agar sebagai akibatnya kita dapat dijadikan benar dengan kebenaran-Nya. Ini adalah penyembuh yang Tuhan berikan untuk dosa, tidak ada yang lain.

Saya pikir ini akan memberkati kita dan membantu kita semua jika kita memperkatakan hal ini. Jika Anda percaya pada Alkitab, percaya kepada Yesus, baik Anda pernah menyadarinya sebelumnya atau tidak, kata-kata ini benar adanya. Kita akan memperkatakannya kata demi kata bersama-sama. Apakah Anda siap?

“Tuhan membuat Yesus menjadi dosa dengan keberdosaan kita, supaya kita dapat dibuat benar dengan kebenaran-Nya.”

Baik, sekarang bersyukurlah kepada Tuhan untuk itu. Terimakasih Tuhan.

Sekarang mari kita lihat satu pernyataan Paulus lainnya dalam Roma 8:31 dan seterusnya. Sekali lagi, Paulus menekankan segala kecukupan dari kurban Yesus. Roma 8:31 dan seterusnya.

“Jika demikian, apa yang harus kita katakan mengenai hal-hal ini? Jika Tuhan di pihak kita, siapa yang bisa melawan kita? Dia yang tidak menyayangkan Putra-Nya sendiri, tetapi menyerahkan Dia bagi kita semua, bagaimana mungkin Dia tidak akan memberikan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia dengan cuma-cuma?”

Jadi, itulah yang diberikan melalui kurban Yesus. Tuhan, yang telah memberikan Yesus, tidak menahan apa pun, tetapi bersama-sama Dia juga memberikan segala sesuatu kepada kita dengan cuma-cuma. Saya akan mengatakan ini sekali lagi karena ini adalah pemikiran yang menakjubkan. Juga bersama-sama Dia memberikan kepada kita segala sesuatu dengan cuma-cuma. Jadi, satu kurban Yesus telah melepaskan keseluruhan kelimpahan belas kasihan dan penyediaan Tuhan. Kita tidak membutuhkan dasar lain. Faktanya, tidak ada dasar lain. Ini adalah satu-satunya dan hanya satu-satunya dasar dari segala kecukupan untuk pelepasan belas kasihan dan anugerah Tuhan. Amat sangat penting untuk memahami hal ini, karena jika Anda datang kepada Tuhan untuk mendapatkan belas kasihan dan anugerah dengan dasar apa pun selain kurban Yesus di kayu salib, Tuhan tidak akan menjumpai Anda karena itu adalah dasar yang salah, itu tidak benar. Dan Tuhan adalah Tuhan kebenaran. Kita tidak dapat datang kepada-Nya atas dasar perbuatan-perbuatan baik kita, atau atas dasar religiusitas kita, atau atas dasar latar belakang status keluarga kita, atau atas dasar kebangsaan kita, atau atas dasar talenta-talenta kita, karena Tuhan tidak terkesan dengan hal-hal tersebut. Itu semuanya tidak melepaskan belas kasihan dan anugerah Tuhan. Satu-satunya hal yang melepaskan belas kasihan dan anugerah Tuhan adalah fakta bahwa Yesus dijadikan dosa dengan keberdosaan kita, mati menggantikan kita dan bangkit kembali dari kematian. Saya ingin mendorong Anda untuk tidak melewatkan satu hari pun tanpa merenungkan hal ini. Jangan pernah menyingkirkan kebenaran ini dari pusat pikiran-pikiran, perkataan-perkataan, dan kehidupan Anda. Karena begitu salib itu bergeser, tersingkirkan, Anda akan mendapati bahwa Anda tidak lagi menikmati kelimpahan kasih karunia Tuhan. Anda akan mendapati diri Anda berjuang keras, Anda akan mendapati diri Anda kacau, kebingungan. Dan sering kali Anda akan mendapati diri Anda merasa bersalah. Anda tidak akan mengerti apa yang terjadi dalam hidup Anda, mengapa hal-hal berjalan tidak seharusnya. Jawabannya adalah: apa yang terjadi dalam hidup Anda adalah bahwa salib itu telah tergeser dari pusatnya.

Torah dan Kasih Karunia

Aspek kedua dari salib adalah bahwa melalui saliblah kasih karunia supernatural Tuhan dilepaskan ke dalam hidup kita. Anda tahu, Kekristenan bukanlah seperangkat aturan. Kekristenan bukanlah seperangkat hukum. Israel telah memiliki seperangkat hukum selama 14 abad yang diberikan oleh Musa. Paulus mengatakan kepada kita bahwa Torah itu sempurna, benar, kudus, dan baik. Kita tidak akan pernah bisa membuat Torah Musa menjadi lebih baik jika menyangkut hukum. Jika hal itu bisa dilakukan maka Yesus tidak perlu datang. Ada beberapa orang Kristen yang berbicara tentang kasih karunia kadang-kadang hanya tahu sedikit tentang kasih karunia. Ada orang-orang yang mengatakan bahwa kita tidak berada di bawah Torah, dan kemudian mereka membuat aturan-aturan religius mereka sendiri, yang terkadang cukup rumit. Jika Torah Musa tidak dapat melakukan hal itu, aturan-aturan gereja Baptis tidak dapat melakukan hal itu, aturan-aturan gereja Pentakosta tidak dapat melakukan hal itu, aturan-aturan gereja Katolik tidak dapat melakukan hal itu. Kita tidak akan pernah bisa memperbaiki Torah Musa.

Namun Torah Musa itu gagal. Bukan karena ada yang salah dengan hukumnya, tapi karena ada masalah di dalam diri kita. Kita tidak mampu menjaga Torah karena sifat kelemahan kedagingan kita. Kita akan membaca beberapa perkataan Paulus mengenai tema ini dalam Galatia 3:11–12.

“Tetapi bahwa tidak ada seorang pun yang dibenarkan oleh Torah di mata Tuhan merupakan bukti; ‘ORANG BENAR AKAN HIDUP OLEH IMAN.’ Namun Torah tidak berasal dari iman; tetapi, ‘ORANG YANG MELAKUKANNYA AKAN HIDUP OLEH MEREKA [TORAH].’”

Jadi Paulus mengatakan tidak seorang pun akan pernah dapat mencapai kebenaran di hadapan Tuhan melalui Torah. Kata aslinya adalah νόμος nomos, yang dia maksudkan adalah Torah Musa. Namun jika Anda mengganti terjemahan kata itu dengan ‘hukum’, itu tetap benar. Tidak ada seorang pun yang dapat mencapai kebenaran di hadapan Tuhan dengan mentaati hukum apa pun. Tidak ada hukum yang dapat memampukan kita mencapai kebenaran di hadapan Tuhan. Itu bukanlah cara agar kita bisa menjadi orang benar di hadapan Tuhan.

Ini adalah salah satu pernyataan yang paling sering dibuat dalam Perjanjian Baru namun paling sering diabaikan oleh orang Kristen. Setidaknya ada selusin tempat dalam Perjanjian Baru yang mengatakan dengan satu atau lain cara, bahwa Anda tidak akan pernah bisa mencapai kebenaran di hadapan Tuhan dengan menjaga serangkaian aturan. Namun sebagian besar orang Kristen seringkali mempunyai gagasan bahwa jika saya menjaga peraturan yang benar maka saya akan baik-baik saja. Itu tidak akan berhasil, Tuhan tidak menerimanya. Itu tidak membuahkan hasil yang Tuhan inginkan.

Faktanya, hal ini cenderung menghasilkan hal yang sebaliknya. Karena orang yang fokus menjaga aturan menjadi apa yang kita sebut legalistik. Dan kemudian di bagian gereja mana pun mereka berada, mereka berkata, “Torah kami benar, aturan-aturan kami benar, dan kami orang benar karena kami menjaganya. Orang-orang gereja lain tidak menjaga Torah kami, jadi mereka tidak benar.” Jadi faktanya, legalisme cenderung memecah-belah gereja menjadi banyak kelompok-kelompok berbeda berdasarkan seperangkat hukum-hukum tertentu yang dijaga oleh kelompok itu.

Tujuan Salib

Lalu apa tujuan dari salib, bagaimana kita bisa mendapatkan faedah dari padanya? Hal ini sangat mudah untuk diucapkan, tetapi tidak selalu mudah untuk dijalani, yaitu tujuan dari salib adalah untuk membawa kita kepada akhir dari semua hikmat dan kekuatan kita, dan untuk menunjukkan kepada kita bahwa semuanya itu sama sekali tidak berguna. Apa pun. Dan kita hanya bisa mulai masuk ke dalam kasih karunia Tuhan ketika kita sudah sampai pada akhir dari diri kita sendiri. Banyak dari Anda saat ini sedang mengalami masalah-masalah dan tekanan-tekanan dalam hidup Anda, dan Anda bertanya-tanya, “Apa yang sedang Tuhan lakukan?” Jawabannya adalah Tuhan dengan lembut namun tegas membawa Anda kepada akhir dari diri Anda sendiri, titik di mana hal-hal terbaik yang dapat Anda lakukan belumlah cukup. Dan Anda harus sampai kepada akhir dari semua itu, yang mana itu akan melepaskan sesuatu yang sepenuhnya berasal dari Tuhan bagi Anda, yang adalah cukup baik.

Kita kembali kepada 1 Korintus 1:22–25.

“Karena orang-orang Yahudi menuntut [atau meminta] suatu tanda, dan orang-orang Yunani mencari hikmat…”

Hal ini sama benarnya saat ini dengan ketika Paulus menuliskannya.

“Karena orang-orang Yahudi meminta suatu tanda, dan orang-orang Yunani mencari hikmat; tetapi kami memberitakan Kristus yang disalibkan…”

Apa yang kami beritakan? Kristus disalibkan. Bukan hanya Kristus. Sangat mudah untuk memberitakan Kristus sebagai Guru Agung, Nabi, Penyembuh yang luar biasa, Orang Suci, Orang Benar, Orang Baik, tetapi hal itu tidak menyelesaikan tujuan. Kita harus memberitakan Kristus yang disalibkan.

“…bagi orang-orang Yahudi itu suatu batu sandungan [hal ini masih terjadi sampai sekarang], dan bagi orang-orang Yunani itu suatu kebodohan [hal ini masih terjadi sampai sekarang], tetapi [terima kasih Tuhan untuk tetapi] bagi orang-orang yang dipanggil, baik orang-orang Yahudi maupun orang-orang Yunani, Kristus adalah kuasa Tuhan dan hikmat Tuhan.”

Kapan kita menemukan Kristus sebagai kekuatan Tuhan dan hikmat Tuhan? Hanya ketika kita sudah sampai pada batas kekuatan dan hikmat kita sendiri.

Dan kemudian Paulus membuat pernyataan yang luar biasa ini:

“Kebodohan Tuhan lebih bijaksana dari pada manusia, dan kelemahan Tuhan lebih kuat dari manusia.”

Dalam satu kata, apa kebodohan Tuhan dan apa kelemahan Tuhan? Salib, itu benar. Salib adalah kelemahan yang paling maksimal. Anda tidak dapat memikirkan sesuatu yang lebih lemah total ketimbang seseorang yang sedang sekarat dalam kesakitan digantung di kayu salib, dan tersengal-sengal menghembuskan nafas terakhirnya. Dan benar-benar kebodohan total bahwa Tuhan mengirimkan Putra-Nya, satu-satunya Manusia sempurna, ke dalam dunia dan kemudian membiarkan Dia mati dengan cara matinya seorang kriminal. Jadi itu benar-benar lemah dan benar-benar bodoh secara total. Tetapi ketika kita sampai pada titik yang tepat dalam hidup kita, ketika kita sampai pada akhir dari seluruh kepintaran kita dan seluruh hikmat kita dan seluruh kekuatan kita dan seluruh kebenaran kita, maka kita menemukan penemuan menakjubkan bahwa salib itu lebih kuat daripada kekuatan manusia dan lebih bijaksana dari pada hikmat manusia. Ini tidak berlebih-lebihan, ini benar-benar betul. Begitulah adanya. Di kayu salib, kelemahan Tuhan lebih kuat daripada kekuatan kita dan kebodohan Tuhan lebih bijaksana daripada hikmat kita. Namun sulit bagi kebanyakan dari kita, atau memang sulit, untuk melepaskan kekuatan kita dan melepaskan hikmat kita. Kita ingin berpegang teguh pada hal-hal itu.

Kita melihat sebuah sandiwara religius kecil yang sangat indah di sini di mana seorang wanita muda ditawari pakaian baru yang indah sebagai ganti mantel tuanya yang lusuh. Dia bersedia untuk mendapatkan pakaian baru itu, tetapi dia benar-benar sangat tidak rela melepaskan mantel tuanya yang sudah lusuh. Begitulah yang terjadi pada banyak dari kita. Aku ingin hikmat Tuhan, aku ingin kekuatan Tuhan, tapi aku tetap ingin mempertahankan hikmat dan kekuatanku juga. Tuhan tidak bertindak dengan dasar itu. Kebijaksanaan dan kekuatan Anda sendiri harus berakhir sebelum Tuhan akan melepaskan kasih karunia-Nya ke dalam hidup Anda.

Salib, Akhir Hidup Anda, Awal Hidup Kristus

Paulus membuat beberapa pernyataan luar biasa mengenai hal ini. Pernahkah Anda memperhatikan bahwa banyak orang saat ini sibuk dengan 1 Korintus karena di dalamnya terdapat semua karunia-karunia Roh, dan sebagainya; namun tidak banyak orang yang menghabiskan banyak waktunya dengan 2 Korintus. Tahukah Anda kenapa? Karena temanya adalah kelemahan dan penderitaan. Dan itu bukanlah tema yang populer. 2 Korintus 12, dimulai dari ayat 7, Paulus berbicara dari pengalaman pribadi.

“Dan supaya aku jangan sampai ditinggikan melebihi ukuran oleh karena berlimpah-limpahnya pewahyuan-pewahyuan…”

Paulus berbicara tentang semua pewahyuan-pewahyuan yang Tuhan berikan kepadanya. Dan tahukah Anda pewahyuan-pewahyuan menimbulkan kecenderungan apa? Itu cenderung membuat kita sombong. Dan Tuhan sangat mengasihi Paulus sehingga Dia menjaganya dari kesombongan dengan cara yang sangat tidak biasa. Dengan melepaskan seorang malaikat Satan untuk membuntuti dia berkeliling dari satu tempat ke tempat lain dan menimbulkan keributan dan penganiayaan dan menjaga dia tetap rendah hati. Berapa banyak dari Anda yang ingin menjadi rendah hati? Baiklah, puji Tuhan, tetapi Anda mungkin akan keheranan dengan cara-cara yang akan Tuhan gunakan! Inilah yang dia katakan:

“Dan supaya aku jangan sampai ditinggikan melebihi ukuran oleh karena berlimpah-limpahnya pewahyuan-pewahyuan, suatu duri di dalam daging diberikan kepadaku…”

Ini adalah metafora yang diambil dari Perjanjian Lama di mana Yosua memperingatkan bangsa Israel bahwa jika mereka tidak melenyapkan orang-orang Kanaan yang telah menduduki negeri itu, tetapi jika mereka membiarkan mereka hidup berdampingan, mereka akan menjadi duri di dalam daging mereka. Anda lihat, banyak di antara kita yang mempunyai duri-duri di dalam daging karena perbuatan kita sendiri, karena kita telah datang ke Tanah Perjanjian, tetapi kita membiarkan banyak orang-orang Kanaan berkeliaran. Salah satu hal yang Tuhan ajarkan kepada saya adalah kita harus melenyapkan orang-orang Kanaan itu. Tetapi ini bukanlah sesuatu yang menjadi tanggung jawab Paulus sendiri, ini adalah sesuatu yang Tuhan lakukan dalam hidupnya. Dia mengatakan seorang utusan, tetapi kata itu artinya adalah malaikat. Tahukah Anda, kata yang sama dalam bahasa Yunani [ἄγγελος aggelos] dan Ibrani [מַלאָךְ mal’ak] untuk kata yang berarti malaikat dan utusan.

“…suatu duri di dalam daging diberikan kepadaku, seorang malaikat Satan untuk menggocoh aku [untuk terus-menerus memukuli aku]—supaya aku tidak ditinggikan melebihi ukuran.”

Menggocoh dari kata asli κολαφίζω kolaphizo, yang artinya: memukuli dengan tinju.

Anda lihat, jika Anda mempelajari karier Paulus, dia sama sekali tidak seperti rasul-rasul lainnya. Mereka semuanya dianiaya, mereka semuanya mendapatkan kesukaran, tetapi kesukaran-kesukaran Paulus ada dalam tingkatan kategori khusus tersendiri. Hampir-hampir tidak ada kota yang dia datangi di mana tidak terjadi kerusuhan. Hal-hal yang paling konyol memicu kerusuhan. Di Filipi, yang dia lakukan hanyalah mengusir setan dari seorang budak perempuan peramal dan seluruh kota menjadi gempar. Dalam beberapa jam dia dan Silas dijebloskan ke dalam penjara dengan keamanan maksimum. Itu tidak logis. Anda tidak dapat menjelaskan hal itu melalui proses penalaran apa pun. Tetapi ada malaikat Satan yang memicu keributan-keributan melawan Paulus. Dan pada dasarnya, ke mana pun dia pergi, situasi-situasinya terpicu menjadi kerusuhan. Bagi Paulus, biasanya terjadi kerusuhan atau kebangkitan rohani—atau keduanya!

Kemudian Paulus mengatakan semua orang tahu bahwa Tuhan menjawab doa-doa para rasul, bukan? Sudah pasti, tentunya. Namun Paulus berkata:

“Mengenai hal ini aku memohon kepada Tuhan tiga kali supaya itu menyingkir dari padaku.”

Dan Tuhan tidak mau melakukannya. Kadang-kadang orang Kristen berkata bahwa Tuhan tidak menjawab doa-doanya, tetapi ingatlah bahwa “Tidak!” juga merupakan jawaban.

“Dan Tuhan berfirman kepadaku, ‘Kasih karunia-Ku cukup bagimu, karena kekuatan-Ku dijadikan sempurna di dalam kelemahan.’”

Ini benar sekali. Karena ketika kita punya kekuatan sendiri, bagaimana orang bisa mengenali kekuatan Tuhan? Mereka tidak dapat melihatnya. Tetapi ketika kita sudah sampai pada batas akhir kekuatan kita sendiri dan kemudian kita mempunyai kekuatan, maka kita tahu itu adalah Tuhan. Kekuatan Tuhan dijadikan sempurna di dalam kelemahanku. Apakah Anda ingin mengucapkan hal ini?

“Kekuatan Tuhan dijadikan sempurna di dalam kelemahanku.”

Mulai sekarang Anda akan senang menjadi lemah, bukan? Saya beritahu Anda, Tuhan mendengar Anda mengatakan itu. Enam bulan dari sekarang Anda mungkin menyesal telah mengatakan ini.

Dengarkan apa yang Paulus katakan.

“Oleh karena itu, dengan sangat senang aku lebih suka bermegah dalam kelemahan-kelemahanku, supaya kuasa Kristus dapat tinggal padaku. Oleh karena itu, [dengarkan kata-kata ini] aku senang dalam kelemahan-kelemahan, dalam celaan-celaan, dalam kekurangan-kekurangan, dalam penganiayaan-penganiayaan, dalam kesusahan-kesusahan, demi Kristus; karena bila aku lemah, maka aku kuat.”

Saya tidak meminta siapa pun untuk membuat pengakuan itu, karena begitu Anda mengucapkannya, Anda telah mengikatkan diri Anda pada sesuatu.

Coba Anda renungkan: “Aku senang”… Bukan “Aku mentoleransi,” bukan “Aku bertahan,” bukan “Aku menderita dengan kasih karunia,” tetapi “Aku senang dalam kelemahan-kelemahan, dalam celaan-celaan, dalam kesusahan-kesusahan, dalam penganiayaan-penganiayaan, dalam kekurangan-kekurangan.” Mengapa? Karena dia telah mempelajari rahasia ini. Ketika kita sampai pada batas akhir kekuatan kita sendiri, kebijaksanaan kita sendiri, sumber daya kita sendiri, barulah Tuhan melepaskan kasih karunia-Nya.

“Kasih karunia dimulai ketika kemampuan-kemampuan manusia berakhir.”

Anda tidak memenuhi syarat untuk mendapatkan kasih karunia Tuhan selama Anda bisa melakukannya sendiri. Mengapa Tuhan harus melepaskan kasih karunia-Nya? Namun ketika Anda sampai pada titik di mana Anda tidak dapat melakukannya, namun itu tetap harus dilakukan, maka Anda memenuhi syarat untuk menerima pelepasan kasih karunia Tuhan.

Mari kita lihat Galatia 2:20. Ini adalah pengakuan Paulus yang lain. Menarik untuk diperhatikan berapa kali Paulus sendiri membuat pengakuan iman dan pendiriannya. Coba Anda mengambil waktu untuk menelusuri Perjanjian Baru dan temukanlah pengakuan negatif apa pun yang pernah diucapkan oleh salah satu rasul mana pun. Anda tidak akan dapat menemukannya. Pola yang luar biasa! Dan kemudian Anda berjalan di tengah-tengah gereja masa kini, termasuk pendeta-pendetanya, pelayan-pelayannya, dan Anda hampir-hampir dipenuhi pengakuan-pengakuan negatif. Mulai yang sangat-sangat pesimistis sampai yang sangat-sangat optimistis.

“Aku tidak mau melakukan ini,” “Aku tidak suka seperti ini,” “Aku tidak bisa,” “Aku tidak sanggup,” “Aku cuman bisa berharap.” Para rasul tidak berbicara seperti itu. Bukan karena mereka percaya kepada diri sendiri, tetapi karena mereka telah sampai pada akhir dari kekuatan mereka sendiri.

Mencapai Kekudusan

Jadi Paulus berkata dalam Galatia 2:20:

“Aku telah disalibkan bersama Kristus; bukan lagi aku yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku; dan hidup yang aku hidupi sekarang di dalam daging, aku hidup oleh iman Anak Tuhan yang mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku.”

Paulus berkata sebagai hasil kurban Kristus di kayu salib, aku telah sampai pada akhir hidupku. Ketika aku sampai kepada salib, aku mati, dan sekarang bukan lagi aku yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku.

Jika Anda bersedia, silakan membuat pengakuan ini, tetapi jangan ucapkan jika Anda tidak mau. Tapi, biarlah orang-orang yang siap mengatakan ini, ucapkan saja.

“Aku disalibkan bersama Kristus; walaupun demikian aku hidup, namun bukan aku yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku; dan hidup yang aku hidupi sekarang di dalam daging, aku hidup oleh iman Anak Tuhan yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku.”

Dan Anda lihat, Anda perhatikan terjemahan yang saya pakai di sini merupakan terjemahan literal. Melalui iman “dari” Anak Tuhan. Jadi bukan iman saya yang saya andalkan, melainkan iman Anak Tuhan [Yesus], karena ketika Yesus datang, Dia datang dengan iman-Nya.

Ini adalah kunci menuju kekudusan Perjanjian Baru, yang menurut saya, di dalam gereja masa kini sangat sedikit dibicarakan tentang kekudusan. Tetapi Alkitab mengatakan tanpa kekudusan tidak ada seorang pun yang akan melihat Tuhan. Anda lihat, dalam Perjanjian Lama, kekudusan terdiri dari menjaga serangkaian aturan-aturan yang sangat rumit. Di bagian salah satu pasal Kitab Imamat, Tuhan berfirman, “Kuduslah kalian, karena Aku ini kudus.” Dalam surat Petrus yang pertama, pasal pertama, Petrus mengutip pernyataan itu dan berkata, “Hendaklah kamu kudus, karena Aku ini kudus,” berbicara dalam pribadi Tuhan. Tapi ada perbedaan total. Kekudusan Perjanjian Baru bukanlah menjaga seperangkat aturan-aturan. Kekudusan Perjanjian Baru tidak dicapai dengan menjaga seperangkat aturan-aturan. Kekudusan Perjanjian Baru dicapai dengan mati dan memberikan Kristus menghidupi hidup-Nya melalui Anda. Jadi itu bukan aku, melainkan Kristus. Jadi seperti ini: Bukan berjuang, melainkan memberi diri. Ini bukan dengan berjerih payah, melainkan dengan penyatuan—penyatuan dengan Kristus.

Ada sebuah cerita kecil tentang seorang wanita saleh di suatu tempat yang dikagumi karena kehidupan kudusnya. Dan suatu hari beberapa orang Kristen lainnya berkata kepadanya, “Saudari, bagaimana Anda menghadapi godaan?” Dan dia berkata, “Ketika Iblis mengetuk pintu aku biarkan saja Yesus yang menjawab.” Singkatnya: Bukan aku tapi Kristus. Bukan apa yang bisa aku lakukan, bukan jerih payah terbaikku, bukan mengerahkan seluruh otot-otot rohaniku, tapi memberi diri. Membiarkan Kristus melakukannya di dalam aku dan melalui aku dan bagi aku.

Ada gambaran dalam Yohanes 15 tentang pokok anggur dan ranting-rantingnya yang menggambarkan hal ini dengan sangat sempurna. Yohanes 15:1 dan kemudian ayat 4–5. Yesus berkata:

“Akulah pokok anggur yang benar, dan Bapakulah penggarap kebun anggur.”

Mari renungkan sejenak dan perhatikan baik-baik. Jangan biarkan manusia yang memangkas Anda. Oke? Hanya ada satu Pribadi yang mempunyai keterampilan dan kepekaan untuk melakukan pemangkasan, yaitu Bapa, biarkan Dia yang melakukannya. Oke? Ada beberapa persekutuan di mana para pemimpinnya ingin memangkas Anda. Jangan tunduk kepada pemangkasan oleh manusia, karena itu akan menyakitkan dan kemungkinan besar mereka akan memotong bagian yang salah. Tuhan Bapa adalah penggarap kebun anggur. Dialah yang tahu cara memangkas. Dan urusan kita sebagai pelayan dan pemimpin umat Tuhan bukanlah melakukan pemangkasan, tetapi membantu orang-orang untuk tunduk kepada pemangkasan Tuhan dan berbagi proses tersebut dengan mereka.

Selanjutnya, Yesus berkata dalam ayat 4–5 dari Yohanes 15:

“Tinggallah di dalam Aku, dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kecuali ia tinggal dalam pokok anggur, demikian pula kamu tidak dapat berbuah kecuali kamu tinggal di dalam Aku. Akulah pokok anggur, kamulah ranting-rantingnya; siapa yang tinggal di dalam Aku, dan Aku di dalam dia, menghasilkan banyak buah; karena tanpa Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.”

Perhatikan gambarannya. Pernahkah Anda melihat ranting pohon anggur benar-benar berjuang menghasilkan buah, dan berketetapan dengan baik? Itu tidak terjadi, bukan? Mengapa ia menghasilkan buah? Karena kehidupan dari pokok anggur mengalir ke dalam ranting itu. Dalam perumpamaan kecil itu Anda mendapatkan seluruh ketiga pribadi Ketuhanan. Bapa adalah penggarap kebun anggur, Yesus adalah pokok anggur, dan Roh Kudus adalah getahnya. Saat Dia mengalir melalui pokok anggur ke dalam ranting-ranting, Anda menghasilkan buah Roh.

Lihat, kata buah menunjukkan kepada kita bahwa hal itu bukanlah jerih payah. Tidak ada pohon yang pernah menghasilkan buah dengan susah payah. Dan tidak ada orang Kristen yang dapat menghasilkan buah melalui jerih payah. Kita harus sampai pada titik di mana kita berhenti dari perjuangan-perjuangan kita sendiri. Dan, dalam arti tertentu, berhentilah melakukan semua perbuatan-perbuatan baik kita dengan jerih payah. Bukan hanya dosa-dosa kita, tetapi hal-hal yang kita pikir dapat kita lakukan sendiri, itu harus sampai pada batas akhir, dan berilah dirimu kepada Yesus.

Kemudian kita bisa mengatakan apa yang Paulus katakan. Dalam Filipi 4:13, setelah Paulus melalui semua proses yang sudah dijelaskan di atas, perlu diperhatikan bahwa ia berkata:

“Aku dapat melakukan segala perkara melalui Kristus yang menguatkan aku.”

Sekarang mari kita perkatakan ayat yang kita bahas ini, dengan menekankan makna aslinya:

“Aku dapat melakukan segala perkara melalui Dia yang memberi kuasa kepadaku dari dalam.”

Ucapkan sekali lagi.

“Aku dapat melakukan segala perkara melalui Dia yang memberi kuasa kepadaku dari dalam.”

Itulah sebabnya kita membutuhkan salib. Alasan kedua, karena hanya salib yang melepaskan kasih karunia Tuhan. Anda dapat memiliki semua aturan-aturan, dan semua doktrin-doktrin, dan semua pengajaran-pengajaran, tetapi Anda tidak dapat melakukannya kecuali kasih karunia Tuhan dilepaskan melalui salib. Faktanya, semakin banyak aturan-aturan yang Anda dapatkan, jika Anda tidak tahu bagaimana cara melepaskan kasih karunia Tuhan, semakin buruk pula jadinya masalah-masalah Anda. Dan pada akhirnya Anda cenderung membuang semuanya itu, dan berkata itu tidak berguna, aku tidak bisa melakukannya. Anda benar sekali, Anda tidak bisa melakukannya, saya tidak bisa melakukannya. Hanya ada satu Orang yang dapat melakukannya dan nama-Nya adalah Yesus. Jika Dia kita ijinkan untuk menghidupi hidup-Nya di dalam kita. Ketika kita sudah tunduk menyerahkan diri kepada salib dan mencapai batas akhir diri kita sendiri, maka Dia secara melimpah akan dapat melakukannya di dalam kita.

Dan jika kita tidak melakukannya dengan benar pada pertamanya, Dia tidak menolak kita. Dia berkata, Kamu sudah mencoba dengan baik, di sinilah kesalahanmu, sekarang mari Kita lakukan lagi. Dan Dia sangat sabar. Saat saya memikirkan semua kesalahan-kesalahan yang telah saya buat dan semua jalan-jalan di mana saya salah, saya sungguh takjub bahwa Tuhan masih menjaga tangan-Nya atas saya. Saya ingin memberitahu Anda, jangan putus asa. Dia mungkin memperlakukan Anda dengan keras, Dia mungkin mengoreksi Anda, Dia mungkin melakukan hal-hal dalam hidup Anda yang tidak Anda pahami. Tapi Dia tidak akan pernah menyerah terhadap Anda. Beberapa dari Anda mungkin memiliki kenangan-kenangan pahit dari masa kecil Anda dan orang tua yang tidak memahami Anda atau tidak menyayangi Anda. Ingatlah bahwa sekarang Anda mempunyai Bapa yang lain dan nama-Nya adalah YHVH. Dia sangat sabar dan sangat mengerti dan sangat lembut. Namun pada saat yang sama, Dia bersungguh-sungguh dengan semua yang Dia katakan.

Salib Melepaskan Kuasa Supernatural Tuhan

Satu lagi alasan, inilah alasan ketiga mengapa kita membutuhkan salib. Melalui saliblah peneguhan supernatural dari Tuhan dilepaskan untuk berita yang kita beritakan. Mari kita kembali ke 1 Korintus 2 sejenak. 1 Korintus 2:4–5. Kita sudah membacanya.

“Dan perkataanku dan pemberitaanku tidak dengan kata-kata hikmat yang persuasif…”

Di tempat lain, Paulus mengutip salah satu dari para pengkritiknya—dan dia juga menerima kritiknya—dan pengkritik tersebut berkata bahwa tubuh jasmaninya lemah dan cara bicaranya hina. Jadi Paulus bukanlah seorang pengkhotbah yang hebat. Sebenarnya kalau di antara para rasul ada pengkhotbah, saya kira itu adalah Petrus. Petrus benar-benar memiliki bahasa yang mengalir. Anda baca dua suratnya dan bahasanya luar biasa. Tapi Paulus, secara umum, diyakini bertubuh agak pendek, kepalanya botak, hidung melengkung, dan dia punya kaki bengkok dan dia sangat tidak mengesankan. Dia tidak mengandalkan kepandaian bicara atau hikmatnya; dia mengandalkan satu hal di atas segalanya: peneguhan supernatural dari Roh Kudus terhadap berita yang dia bawa. Anda bisa melihatnya?

Dan sekali lagi, saudara dan saudari, hal ini biasanya tidak akan berhasil sampai kita mencapai akhir dari semua upaya-upaya kita. Ketika kita sudah sampai pada batas akhir dan kita tidak punya kartu lagi untuk dimainkan, dan kita masih mempertahankan pengakuan kita, Tuhan mulai melepaskan hal-hal supernatural.

Ayat tadi belum selesai, jadi kita lanjutkan…

“Perkataanku dan pemberitaanku tidak dengan kata-kata hikmat yang meyakinkan, tetapi dengan demonstrasi Roh dan kuasa…”

Perhatikan bahwa Roh Kudus dapat didemonstrasikan. Dia sendiri tidak terlihat, tetapi Dia didemonstrasikan melalui apa yang Dia lakukan. Anda tidak dapat melihat-Nya, tetapi Anda dapat melihat tanda-tanda dan mujizat-mujizat yang Dia lakukan. Dan itulah pengesahan Tuhan sendiri atas pesan yang diberitakan.

Dan kemudian Paulus berkata:

“…supaya imanmu tidak berada di dalam hikmat manusia, tetapi di dalam kuasa Tuhan.”

Kita akan membaca perkataan Paulus dalam Roma 15:18–19.

“Karena aku tidak akan berani mengatakan hal-hal apa pun yang belum dikerjakan Kristus melalui aku, dalam perkataan dan perbuatan untuk membuat bangsa-bangsa lain taat…”

Dia berkata aku hanya tertarik dengan apa yang telah dilakukan Kristus melalui aku. Aku tidak tertarik dengan apa yang telah aku lakukan sendiri.

“…untuk membuat bangsa-bangsa lain taat dalam kuasa tanda-tanda dan mujizat-mujizat di dalam kuasa Roh Tuhan; sehingga dari Yerusalem dan sekeliling sampai ke Ilirikum aku telah memberitakan Injil Kristus sepenuhnya.”

Tanpa tanda-tanda dan mujizat-mujizat, kita belum memberitakan Injil sepenuhnya. Kita sudah memberitakan, tetapi kita belum memberitakan sepenuhnya.

Di benak sebagian besar dari Anda, ada sebuah pertanyaan besar yang belum terjawab. Dan pertanyaan yang belum terjawab adalah apakah Alkitab benar-benar merupakan pesan dari Tuhan atau apakah itu buku tulisan manusia saja?

Hanya ada satu cara agar Anda dapat menemukan jawabannya sendiri. Yaitu jika Anda memiliki pengalaman akan kuasa supernatural Tuhan dalam hidup Anda maka Anda akan tahu bahwa itu tidak datang dari manusia; itu datang dari surga.

DPM

Salib di Tengah-tengah” (Lanjutan)